Biografi Umar Bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz bergelar
Umar II,Nama sebenar beliau ialah Abu Jaafar Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Ahkam, lahir pada tahun 63
H,
dan meninggal dunia pada 101H.Ia adalah
khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun
717 (umur 34–35 tahu
n) sampai
720 (selama 2–3 tahun). Tidak seperti khalifah
Bani Umayyah sebelumnya, ia bukan merupakan keturunan dari
khalifah sebelumnya, tetapi ditunjuk langsung,
dimana ia merupakan sepupu dari khalifah sebelumnya,
Sulaiman.
Keluarga
Ayahnya adalah
Abdul-Aziz bin
Marwan, gubernur
Mesir dan adik dari Khalifah
Abdul-Malik. Ibunya adalah
Ummu Asim binti
Asim. Umar adalah
cicit dari
Khulafaur Rasyidin kedua
Umar bin Khattab,
dimana umat Muslim menghormatinya sebagai salah seorang
Sahabat Nabi yang paling dekat.
Silsilah
Umar dilahirkan sekitar tahun 682. Beberapa tradisi menyatakan ia dilahirkan di Madinah, sedangkan lainnya mengklaim ia lahir di Mesir. Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak.
Kisah Umar bin Khattab berkaitan dengan kelahiran Umar II
Menurut tradisi Muslim
Sunni, silsilah keturunan Umar dengan
Umar bin Khattab terkait dengan sebuah peristiwa terkenal yang terjadi pada masa kekuasaan
Umar bin Khattab.
"Khalifah
Umar
sangat terkenal dengan kegiatannya beronda pada malam hari di sekitar
daerah kekuasaannya. Pada suatu malam beliau mendengar dialog seorang
anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu yang miskin.
Kata ibu “
Wahai anakku, segeralah kita tambah air dalam susu ini supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari”
Anaknya menjawab “
Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang kita berbuat begini”
Si ibu masih mendesak “
Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu”.
Balas si anak “
Jika Amirul Mukminin tidak tahu, tapi Tuhan Amirul Mukminin tahu”.
Umar yang mendengar kemudian menangis. Betapa mulianya hati anak gadis itu.
Ketika pulang ke rumah,
Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya,
Asim menikahi gadis itu.Kata
Umar, "
Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam”.
Asim yang taat tanpa banyak tanya segera menikahi gadis miskin
tersebut. Pernikahan ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang
lebih dikenal dengan sebutan Ummu Asim. Ketika dewasa Ummu Asim menikah
dengan Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz.
Umar dibesarkan di
Madinah, di bawah bimbingan
Ibnu Umar, salah seorang periwayat
hadis terbanyak.
Umar telah menghafal al-Quran sejak masih kecil serta bergaul
dengan para pemuka ahli fiqih dan ulama. Merantau ke Madinah untuk
menimba ilmu pengetahuan. Beliau telah berguru dengan beberapa tokoh
terkemuka seperti Imam Malik bin Anas, Urwah bin Zubair,
Abdullah bin Jaafar, Yusuf bin Abdullah dan sebagainya. Kemudian beliau
melanjutkan pelajaran dengan beberapa tokoh terkenal di Mesir.
Ia tinggal di sana sampai kematiannya ayahnya,
dimana kemudian ia dipanggil ke
Damaskus oleh
Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya
Fatimah. Ayah mertuanya kemudian segera meninggal dan ia diangkat pada tahun
706 sebagai gubernur
Madinah oleh khalifah
Al-Walid I
Kehidupan awal
682 – 715
Umar dibesarkan di
Madinah, di bawah bimbingan
Ibnu Umar, salah seorang periwayat
hadis terbanyak. Ia tinggal di sana sampai kematiannya ayahnya,
dimana kemudian ia dipanggil ke
Damaskus oleh
Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya
Fatimah. Ayah mertuanya kemudian segera meninggal dan ia diangkat pada tahun
706 sebagai gubernur
Madinah oleh khalifah
Al-Walid I
715 – 715: era Al-Walid I
Tidak seperti sebagaian besar penguasa pada saat itu, Umar membentuk
sebuah dewan yang kemudian bersama-sama dengannya menjalankan
pemerintahan provinsi. Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh
berbeda dengan pemerintahan sebelumnya,
dimana keluhan-keluhan resmi ke Damaskus berkurang dan dapat diselesaikan di
Madinah, sebagai tambahan banyak orang yang berimigrasi ke
Madinah dari
Iraq, mencari perlindungan dari gubernur mereka yang kejam,
Al-Hajjaj bin Yusuf.
Hal tersebut menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia menekan al-Walid I
untuk memberhentikan Umar. al-Walid I tunduk kepada tekanan Al-Hajjaj
dan memberhentikan Umar dari jabatannya. Tetapi sejak itu, Umar sudah
memiliki reputasi yang tinggi di Kekhalifahan Islam pada masa itu.
Pada era Al-Walid I ini juga tercatat tentang keputusan khalifah yang
kontroversial untuk memperluas area di sekitar masjid Nabawi sehingga
rumah Rasulullah ikut direnovasi. Umar membacakan keputusan ini di depan
penduduk Madinah termasuk ulama mereka,
Said Al Musayyib sehingga banyak dari mereka yang mencucurkan air mata. Berkata Said Al Musayyib:
"Sungguh
aku berharap agar rumah Rasulullah tetap dibiarkan seperti apa adanya
sehingga generasi Islam yang akan datang dapat mengetahui bagaimana
sesungguhnya tata cara hidup beliau yang sederhana"
715 – 717: era Sulaiman
Umar tetap tinggal di
Madinah selama masa sisa pemerintahan al-Walid I dan kemudian dilanjutkan oleh saudara al-Walid,
Sulaiman.
Sulaiman, yang juga merupakan sepupu Umar selalu mengagumi Umar, dan
menolak untuk menunjuk saudara kandung dan anaknya sendiri pada saat
pemilihan khalifah dan menunjuk Umar.
Kedekatan Umar dengan Sulaiman
Sulaiman bin Abdul-Malik merupakan sepupu langsung dengan Umar. Mereka berdua sangat erat dan selalu bersama. Pada masa pemerintahan
Sulaiman bin Abdul-Malik, dunia dinaungi pemerintahan Islam. Kekuasaan
Bani Umayyah sangat kukuh dan stabil.
Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas pasukan
Bani Umayyah.
- Sulaiman bertanya kepada Umar "Apakah yang kau lihat wahai Umar bin Abdul-Aziz?" dengan niat agar dapat membakar semangat Umar ketika melihat kekuatan pasukan yang telah dilatih.
- Namun jawab Umar, "Aku sedang lihat dunia itu sedang makan antara
satu dengan yang lain, dan engkau adalah orang yang paling bertanggung
jawab dan akan ditanyakan oleh Allah mengenainya".
- Khalifah Sulaiman berkata lagi "Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan pemerintahan kita ini?"
- Balas Umar lagi, "Bahkan yang paling hebat dan mengagumkan adalah
orang yang mengenali Allah kemudian mendurhakai-Nya, mengenali setan
kemudian mengikutinya, mengenali dunia kemudian condong kepada dunia".
Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah barang tentu akan
marah dengan kata-kata Umar bin Abdul-Aziz, namun beliau menerima
dengan hati terbuka bahkan kagum dengan kata-kata itu.
Sebelum menjabat Menjadi khalifah
Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja’
bin Haiwah menasihati beliau, "Wahai Amirul Mukminin, antara perkara
yang menyebabkan engkau dijaga di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah
di akhirat kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah
yang adil, maka siapakah pilihanmu?". Jawab Khalifah Sulaiman, "Aku
melihat Umar Ibn Abdul Aziz".
Surat wasiat diarahkan supaya
ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan, tetapi
dirahasiakan darai kalangan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya Sulaiman,
beliau memerintahkan agar para menteri dan para gubernur berbai’ah dengan nama
bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.
Naiknya
Umar sebagai Amirul Mukminin
Seluruh umat Islam berkumpul di
dalam masjid dalam keadaan bertanya-tanya, siapa khalifah mereka yang baru.
Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, "Bangunlah wahai Umar bin Abdul-Aziz,
sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini".
Umar bin Abdul-Aziz bangkit seraya
berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya jabatan ini diberikan kepadaku
tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa pernah aku memintanya,
sesungguhnya aku mencabut bai’ah yang ada dileher kamu dan pilihlah siapa yang
kalian kehendaki".
Umat tetap menghendaki Umar sebagai
khalifah dan Umar menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada Allah
dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah ditolak dan Umar pulang ke
rumah. Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Ia di bai'at sebagai khalifah
pada hari Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah ashar,
Ketika pulang ke rumah, Umar
berfikir tentang tugas baru untuk memerintah seluruh daerah Islam yang luas
dalam kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah Sulaiman bin Abdul-Malik. Ia berniat untuk
tidur.
Pada saat itulah anaknya yang
berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat
ayahnya dan berkata, "Apakah yang sedang engkau lakukan wahai Amirul
Mukminin?".
Umar
menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu
dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini"."Jadi
apa engkau akan buat wahai ayah?", Tanya anaknya ingin tahu.
Umar
membalas, "Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur, kemudian
ayah akan keluar untuk salat bersama rakyat".
Apa pula kata anaknya apabila
mengetahui ayahnya Amirul Mukminin yang baru “Ayah, siapa pula yang menjamin
ayah masih hidup sehingga waktu zuhur nanti sedangkan sekarang adalah tanggungjawab
Amirul Mukminin mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi” Umar ibn Abdul Aziz
terus terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, beliau memanggil anaknya
mendekati beliau, mengucup kedua belah mata anaknya sambil berkata “Segala puji
bagi Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong aku di atas
agamaku”
Pemerintahan
Umar bin Abdul-Aziz
Hari kedua dilantik menjadi
khalifah, beliau menyampaikan khutbah umum. Dihujung khutbahnya, beliau berkata
“Wahai manusia, tiada nabi selepas Muhammad saw dan tiada kitab selepas al-Quran,
aku bukan penentu hukum malah aku pelaksana hukum Allah, aku bukan ahli bid’ah
malah aku seorang yang mengikut sunnah, aku bukan orang yang paling baik
dikalangan kamu sedangkan aku cuma orang yang paling berat tanggungannya
dikalangan kamu, aku mengucapkan ucapan ini sedangkan aku tahu aku adalah orang
yang paling banyak dosa di sisi Allah” Beliau kemudian duduk dan menangis
"Alangkah besarnya ujian Allah kepadaku" sambung Umar Ibn Abdul Aziz.
Beliau pulang ke rumah dan menangis
sehingga ditegur isteri “Apa yang Amirul Mukminin tangiskan?” Beliau mejawab
“Wahai isteriku, aku telah diuji oleh Allah dengan jawatan ini dan aku sedang
teringat kepada orang-orang yang miskin, ibu-ibu yang janda, anaknya ramai,
rezekinya sedikit, aku teringat orang-orang dalam tawanan, para fuqara’ kaum
muslimin. Aku tahu mereka semua ini akan mendakwaku di akhirat kelak dan aku
bimbang aku tidak dapat jawab hujjah-hujjah mereka sebagai khalifah kerana aku tahu, yang
menjadi pembela di pihak mereka adalah Rasulullah saw’’ Isterinya juga turut
mengalir air mata.
Peristiwa-peristiwa
pada pemerintahannya menimbulkan rasa cinta untuk meneladaninya.
Umar
bin Abdul Aziz,adalah Teladan Pemimpin Tawadhu, adil, arif,serta bijaksa lagi
berilmu.
Sosoknya yang begitu melegenda tentu membuat hati penasaran untuk
mengenalnya.
Tentu
banyak karakteristik seorang mukmin yang bersemayam dalam diri Umar bin Abdul
Aziz hingga dirinya ditaati sebagai pemimpin dan namanya tertera dalam daftar
sejarah kebanggaan umat muslim. Termasuk salah satu di antaranya adalah sifat
tawadhu’ beliau.
Umar
bin Abdul Aziz,adalah Teladan Pemimpin Tawadhu, adil, arif,serta bijaksa lagi
berilmu.Sosoknya yang begitu melegenda tentu membuat hati penasaran untuk
mengenalnya.
Insan
dengan sejarah menawan akan masa kepemimpinannya saat menjabat sebagai
khalifah. Ia membalikkan 180 derajat keadaan hidupnya dari yang bermewah harta
menjadi penuh dengan keterbatasan ketika dirinya diangkat sebagai khalifah.
Salah
satu kisah nya adalah:
Suatu
hari datanglah seorang utusan dari salah satu daerah kepada beliau. Utusan itu
sampai di depan pintu Umar bin Abdul Aziz menjelang malam. Setelah mengetuk
pintu seorang penjaga menyambutnya. Utusan itu pun mengatakan, “Beritahu Amirul
Mukminin bahwa yang datang adalah utusan gubernurnya.” Penjaga itu masuk untuk
memberitahu Umar yang hampir saja berangkat tidur. Umar pun duduk dan berkata,
“Ijinkan dia masuk.”
Utusan
itu masuk, dan Umar memerintahkan untuk menyalakan lilin yang besar. Umar
bertanya kepada utusan tersebut tentang keadaan penduduk kota, dan kaum
muslimin di sana, bagaimana perilaku gubernur, bagaimana harga-harga, bagaimana
dengan anak-anak, orang-orang muhajirin dan anshar, para ibnu sabil,
orang-orang miskin. Apakah hak mereka sudah ditunaikan?Apakah ada yang
mengadukan?.Utusan itu pun menyampaikan segala yang diketahuinya tentang kota
kepada Umar bin Abdul aziz. Tak ada sesuatu pun yang disembunyikannya.
Semua
pertanyaan Umar dijawab lengkap oleh utusan itu. Ketika Semua pertanyaan Umar
telah selesai dijawab semua, utusan itu balik bertanya kepada Umar.“Ya Amirul
Mukminin, bagaimana keadaanmu, dirimu, dan badanmu? Bagaimana keluargamu,
seluruh pegawai dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabmu? Umar pun
kemudian dengan serta merta meniup lilin tersebut dan berkata, “Wahai pelayan,
nyalakan lampunya!” Lalu dinyalakanlah sebuah lampu kecil yang hampir-hampir
tidak bisa menerangi ruangan karena cahayanya yang teramat kecil.
Umar
melanjutkan perkataanya, “Sekarang bertanyalah apa yang kamu inginkan.” Utusan
itu bertanya tentang keadaannya. Umar memberitahukan tentang keadaan dirinya,
anak-anaknya, istri, dan keluarganya.
Rupanya
utusan itu sangat tertarik dengan perbuatan yang telah dilakukan oleh Umar,
mematikan lilin. Dia bertanya, “Ya Amirul Mukminin, aku melihatmu melakukan
sesuatu yang belum pernah Anda lakukan.” Umar menimpali, “Apa itu?”
“Engkau
mematikan lilin ketika aku menanyakan tentang keadaanmu dan keluargamu.”Umar
berkata, “Wahai hamba Allah, lilin yang kumatikan itu adalah harta Allah, harta
kaum muslimin. Ketika aku bertanya kepadamu tentang urusan mereka maka lilin
itu dinyalakan demi kemaslahatan mereka. Begitu kamu memebelokkan pembicaraan
tentang keluarga dan keadaanku, maka aku pun mematikan lilin milik kaum
muslimin.”
Setelah
menjadi khalifah, beliau mengubah beberapa perkara yang lebih mirip kepada
sistem feodal. Di antara perubahan awal yang dilakukannya ialah :
1.Menghapuskan
cacian terhadap Saidina Ali b Abu Thalib dan keluarganya yang disebut dalam
khutbah-khutbah Jumaat dan digantikan dengan beberapa potongan ayat suci
al-Quran
2.Merampas
kembali harta-harta yang disalahgunakan oleh keluarga Khalifah dan
mengembalikannya ke Baitulmal
3.Memecat
pegawai-pegawai yang tidak cekap, menyalahgunakan kuasa dan pegawai yang tidak
layak yang dilantik atas pengaruh keluarga Khalifah
4.Penghapuskan
pegawai pribadi bagi Khalifah sebagaimana yang diamalkan oleh Khalifah
terdahulu. Ini membolehkan beliau bebas bergaul dengan rakyat jelata tanpa
sekatan tidak seperti khalifah dahulu yang mempunyai pengawal peribadi dan laskar-laskar
yang mengawal istana yang menyebabkan rakyat sukar berjumpa.
5.Tentang
:kebajikan rakyat miskin di mana beliau juga telah menaikkan gaji buruh
sehingga ada yang menyamai gaji pegawai kerajaan.
6.Penghayatan
agama di kalangan rakyatnya yang telah lalai dengan kemewahan dunia. Khalifah
umar telah memerintahkan umatnya mendirikan solat secara berjammah dan
masjid-masjid dijadikan tempat untuk mempelajari hukum Allah sebegaimana yang
berlaku di zaman Rasulullah SAW dan para Khulafa’ Ar-Rasyidin.
Baginda turut
mengarahkan Muhammad b Abu Bakar Al-Hazni di Mekah agar mengumpul dan menyusun
hadis-hadis Raulullah SAW.Beliau juga meriwayatkan hadis dari sejumlah tabiin
lain dan banyak pula ulama hadis yang meriwayatkan hadis dari beliau.
7.Dalam
bidang ilmu pula, beliau telah mengarahkan cendikawan Islam supaya
menterjemahkan buku-buku kedoktoran dan pelbagai bidang ilmu dari bahasa Greek,
Latin dan Siryani ke dalam bahasa Arab supaya senang dipelajari oleh umat
Islam.
8.Dalam
mengukuhkan lagi dakwah Islamiyah, beliau telah menghantar 10 orang pakar hukum
Islam ke Afrika Utara serta menghantar beberapa orang pendakwah kepada
raja-raja India, Turki dan Barbar di Afrika Utara untuk mengajak mereka kepada
Islam. Di samping itu juga beliau telah menghapuskan bayaran Jizyah yang
dikenakan ke atas orang yang bukan Islam dengan harapan ramai yang akan memeluk
Islam.
9.Khalifah
Umar bin Abdul Aziz yang terkenal dengan keadilannya telah menjadikan keadilan
sebagai keutamaan pemerintahannya. Beliau ingin semua rakyat dilayani dengan
adil tidak memandang keturunan dan pangkat supaya keadilan dapat berjalan
dengan sempurna. Keadilan yang beliau perjuangan adalah menyamai keadilan di
zaman kakeknya, Khalifah Umar Al-Khatab.
Pada masa pemerintahannya berhasil
memulihkan keadaan negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti saat 4
khalifah pertama (
Khulafaur Rasyidin) memerintah.
- Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya
pun tak kalah dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi khalifah
hanya 2 dirham perhari atau 60 dirham perbulan. Karena itu banyak ahli sejarah menjuluki beliau dengan
Khulafaur Rasyidin ke-5. Khalifah Umar ini hanya memerintah selama tiga tahun
kurang sedikit.
-Kerajaan
Umaiyyah semakin kuat tiada pemberontakan dalaman, kurang berlaku
penyelewengan, rakyat mendapat layanan yang sewajarnya dan menjadi kaya-raya
hinggakan Baitulmal penuh dengan harta zakat kerana tiada lagi orang yang mau
menerima zakat.Rakyat umumnya sudah kaya ataupun sekurang-kurangnya mau
berdikari sendiri.
-Dan Pasukan
kaum muslimin sudah mencapai pintu kota Paris di sebelah barat dan negeri Cina
di sebelah timur. Pada waktu itu kekusaan pemerintahan di Portugal dan Spanyol
berada di bawah kekuasaannya.
Hari-hari terakhir Umar bin Abdul-Aziz
Umar bin
Abdul-Aziz wafat disebabkan oleh sakit akibat diracun oleh pembantunya. Umat
Islam datang berziarah melihat kedhaifan hidup khalifah sehingga ditegur oleh
menteri kepada isterinya,
"Gantilah baju
khalifah itu", dibalas isterinya, "Itu saja pakaian yang
khalifah miliki.
Apabila beliau ditanya “Wahai Amirul
Mukminin, tidakkah engkau mau mewasiatkan sesuatu kepada anak-anakmu?”
Umar Abdul Aziz menjawab: "Apa
yang ingin kuwasiatkan? Aku tidak memiliki apa-apa"
"Mengapa engkau tinggalkan
anak-anakmu dalam keadaan tidak memiliki?"
"Jika anak-anakku orang soleh,
Allah lah yang menguruskan orang-orang soleh. Jika mereka orang-orang yang
tidak soleh, aku tidak mau meninggalkan hartaku di tangan orang yang
mendurhakai Allah lalu menggunakan hartaku untuk mendurhakai Allah"
Pada waktu lain, Umar bin Abdul-Aziz
memanggil semua anaknya dan berkata: "Wahai anak-anakku, sesungguhnya
ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama : menjadikan kamu semua kaya dan
ayah masuk ke dalam neraka, kedua: kamu miskin seperti sekarang dan ayah masuk
ke dalam surga (kerana tidak menggunakan uang rakyat).
Sesungguhnya wahai anak-anakku, aku
telah memilih surga." (beliau tidak berkata : aku telah memilih kamu
susah)
Anak-anaknya ditinggalkan tidak
berharta dibandingkan anak-anak gubernur lain yang kaya. Setelah kejatuhan Bani Umayyah
dan masa-masa setelahnya, keturunan Umar bin Abdul-Aziz adalah golongan yang
kaya berkat doa dan tawakkal Umar bin Abdul-Aziz.
Begitulah
para pemimpin umat Islam terdahulu mengajarkan keteladanan pada kita. Umar bin
Abdul Aziz memberikan gambaran keindahan tawadhu’, ketika seseorang menurunkan
egonya untuk menyamakan dirinya di hadapan manusia dan merendahkan dirinya di
hadapan Allah Azza wa Jala, maka ia dapatkan kemuliaan dirinya, penghargaan di
hadapan manusia, dan ketinggian derajat diberikan oleh Allah.
SELAMAT MEMBACA