Tuesday, November 12, 2013

Cukuplah Allah yang Menyelesaikan Urusan Kita

“Bismillahi tawakaltu ‘alallah… la haula wa la quwwata illa billah”
 
Ujian sering kali datang tanpa diduga, semua adalah murni kehendak dari Allah Sang Pemilik diri dan kehidupan ini. Ada kalanya hati dan diri ini siap menerima, tapi ada kalanya diri ini sampai terjatuh saat menerimanya. Apapun kondisinya, kita tidak akan mampu menolak dan menimpakan musibah itu kepada orang lain. Semua yang diberikan-Nya untuk kita adalah telah sesuai dengan takaran yang dimiliki-Nya. Seperti apapun sebenarnya kita mampu untuk menerima dan mengatasinya dengan bantuan Allah, itu yang pasti!

Tidakkah kita yang beriman saat tertimpa musibah mengucapkan innalilahi wa inna ilaihi raaji’uun, semua berasal dari-Nya dan semua akan kembali pada-Nya. Maka selayaknya kita berusaha mengembalikan hati, diri dan jiwa ini untuk mendekat kepada-Nya. Allah akan mudahkan urusan kita, selesaikan masalah kita, dan memberikan pahala serta surga yang indah bagi hamba-Nya yang sabar dan ikhlas menerima apapun bentuk karunia dari Allah.

Saat diri ini diberikan kebahagiaan, kecukupan, kelonggaran dan kenikmatan lainnya. Jangan dikira itu bukan cobaan, sebenarnya itu adalah cobaan yang besar buat kita. Karena saat posisi kita di atas, dengan segala kenikmatannya boleh jadikan kita dekat atau bahkan jauh dari Allah. Dan semakin banyak peluang kita untuk jauh dari Allah dengan alasan kesibukan dan banyak sekali alasan yang bisa dibuat. Seperti keingkaran seorang Qorun terhadap Allah.

Saat diri ini diberikan kesulitan, kesedihan, musibah, kehilangan dan cabaran yang sangat tidak menyenangkan bagi kita. Jangan pernah mengira bahwa kita adalah orang yang paling sengsara di dunia, atau orang yang telah di benci oleh Allah. Kala kita menyikapi ujian ini dengan semakin dekat dengan-Nya, semakin tunduk pada-Nya maka boleh jadi itu adalah surat Cinta Allah yang dikirimkan-Nya kepada kita.

Saudaraku, apapun yang kita alami selayaknya, kita dekat dan tetap dekat kepada Allah dengan berbagai warnanya. Meski kadang berat, susah dan perlu perjuangan. Tapi jalan itulah yang di cintai-Nya, jalan menuju kepada Allah dengan sebaik-baik kesabaran dalam keadaan senang maupun susah atau sedih. Kesabaran dalam menahan diri untuk tidak ingkar nikmat saat kebahagiaan melanda, kesabaran dalam menjalin hubungan dengan-Nya saat sedih dan dalam berduka.

Mendekatlah maka Allah akan menuntun hati dan diri kita untuk menyelesaikan masalah kita, melimpahkan kesabaran kita dan Allah ganti dengan surga kala kita ikhlas melakukan semua untuk Allah.

Saat kebahagiaan ada, janganlah kita lupakan bahwa ada saudara kita yang dilanda kesusahan dan penderitaan maka berbuatlah dengan harta dan jiwa untuk membantu mereka yang kesulitan. Saat kesulitan melanda, jangalah berburuk sangka kepada Allah. Karena semua yang terjadi pada kita adalah telah sesuai dengan kemampuan kita. Dan apapun keadaan kita mari bersama-sama kita introspeksi diri.

Boleh jadi kebahagiaan kita saat ini adalah dari doa saudara, orang tua dan kerabat kita, maka bahagiakan saudara kita yang masih ‘belum bahagia’. Dan saat kesusahan melanda boleh jadi ada kesalah kita yang telah lalu dan kita belum perbaikinya. Maka berusaha perbaiki hubungan kita dengan Allah dan juga dengan sesama. Karena keadaan sekitar kita adalah cerminan dari hubungan kita dengan Allah. Saat kita baik hubungan kita dengan Allah maka Allah juga akan memperbaiki hubungan kita dengan Allah dan dengan sesama.

Kala kita telah berusaha sekuat tenaga, dan doa yang tak pernah putus kepada Allah maka tawakal kepada Allah adalah kewajiban kita, maka Allah akan tunjukkan jalan dan memberikan kita kemampuan untuk menyelesaikannya. Jangan pernah lupa untuk meniatkan semua karena Allah, agar hati dan diri kita selalu terjaga dalam dekapan-Nya. Tiada kekuatan kita untuk menyelesaikannya, hanya Allah saja yang mampu menyelesaikan setiap masalah kita.

Ada kisah seorang sahabiyah yang terkena penyakit epilepsi, dan dia menolak untuk di doakan sembuh oleh Rasulullah saw. saat tahu imbalan dari setiap kesabaran, ketabahan dan keikhlasan kita adalah surga. Dan dia hanya minta didoakan agar saat penyakit itu kambuh, saat dia tidak sadarkan diri. Allah menjagakan kehormatannya serta menutup auratnya. Subhanallah…

Saudaraku…

Semoga Allah kuatkan kita dalam keimanan, ketaqwaan dan keikhlasan dalam mendekati-Nya. Allah sangat mencintai kita lebih dari cinta yang kita miliki saudaraku. Karena nikmat-Nya untuk kita tidak pernah berhenti kita rasakan dan tidak bisa dihitung satu persatu. Allah tidak pernah ingkar dengan janji-Nya, surga telah menanti kita dengan sangat indahnya. Dan semoga Allah menjaga kesadaran kita untuk tetap ingat kepada-Nya kala sedih dan senang.

“maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan kamu dustakan?”Q.S. Ar Rahman: 13

“….barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia berikan rezeki dari tempat yang tidak di sangka-sangka. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan cukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” Q. S. Ath Talaq: 2-3

“barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” Q. S. Ath Talaq: 5

Mengambil pelajaran dari setiap kejadian untuk memperbaiki diri yang rapuh ini.

Sumber:dakwatuna

Kita dan Masalah

Manusia tidak pernah lepas dari adanya masalah. Selama masih hidup di dunia, masalah akan selalu datang. Baik berupa kesenangan maupun hal-hal yang tidak mengenakkan. Yang jelas, masalah itu harus diselesaikan dan bukan dihindari. Dalam menyelesaikan masalah, banyak cara yang dilakukan oleh setiap orang. Masing-masing bisa jadi berbeda memilih jalan dan cara penyelesaiannya.

Ada yang lebuh suka menyelesaikan masalah dengan cara represif. Tapi kadang bersifat tindakan sportif. Saat dia bersinggungan dengan orang lain, maka dia akan mendatangi orang tersebut, berusaha mencari duduk perkara dengan jelas dan menyelesaikannya. Meski jalan penyelesaian yang harus ditempuh kadang adalah melalui jalan kekerasan. Misalnya ada seorang mahasiswa yang sedang bermasalah dengan kawannya. Kemudian dia mendatangi kawannya, berusaha menyelesaikan masalah. Berbicara antar keduanya. Bahkan tidak mengapa jika keduanya harus berkelahi. Asalkan dengan berkelahi itu menyelesaikan masalah. Sebab ada juga orang yang dengan berkelahi, rasa kesalnya terlampiaskan. Saya pribadi menganggap itu tidak masalah. Dan lebih baik. Ketimbang menyimpan masalah dalam diri, berlarut-larut tanpa penyelesaian. Asal jangan sampai berbunuh-bunuhan atau menyambung nyawa.

Cara yang lain dalam menyelesaikan masalah adalah dengan diam. Diam juga merupakan pilihan orang dalam menyelesaikan masalahnya. Adakalanya orang lebih suka memendam sendiri masalah dan marahnya ketimbang menyampaikannya kepada orang yang bersangkutan. Cara ini ada sisi positifnya dan ada sisi negatifnya. Sisi positifnya adalah meminimalisir atau mengurangi masalah yang semakin melebar dan membesar. Cukup dia yang merasakannya. Sisi negatifnya adalah dia harus menanggung sendiri masalah itu. Makan hati. Memendam sendiri rasa kesalnya. Tidak jarang, dengan diam masalah tidak selesai sebab orang yang berbuat salah tidak akan merasa salah karena tidak diberitahu bahwa dia salah. Walaupun, kadang dengan diam masalah akan selesai juga. Tapi sebaiknya, jika ada yang tidak enak terasa di hati kita, maka sebaiknya kita mengatakannya kepada yang bersangkutan. Jangan dipendam. Bisa menyebabkan jerawat. Agar semuanya menjadi jelas dan ada penyelesaian.

Selain itu, ada juga orang yang menghindar dari penyelesaian masalah dengan cara menyebarkan konfliknya kepada banyak orang. Biasanya, orang ini adalah orang yang tidak mampu memendam sendiri, dan tidak berani menyelesaikannya kepada yang bersangkutan. Dia malah bercerita atau menyebarluaskan konfliknya kepada orang lain. Orang semakin banyak yang tahu konflik yang terjadi di antara mereka. Jelas ini tidak baik. Sebab, bukannya mengatasi atau menyelesaikan masalah namun justru menambah masalah. Masalah tidak akan selesai sebab seperti mengobati penyakit, tidak diobati pada tempat yang tepat.

Masalah harus dicari penyelesaiannya, dan bukan malah diobral. Kita jangan jadi orang yang menyebarkan atau menjual masalah (problem seller) atau bahkan menjadi pembuat masalah (problem maker). Tetapi jadilah penyelesai bagi masalah (problem solving).

Tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Umur kita pasti selalu bertambah, tapi tidak menjamin bertambahnya kedewasaan kita dalam menyikapi masalah. Yakinlah bahwa masalah tidak akan pernah lepas dari hidup kita. Bahkan saat mati pun, masalah belum selesai. Jangan berjiwa cengeng, ketika ada masalah kita lemah dan menyerah.

Konflik dengan orang lain hendaknya tidak memengaruhi kerja kita. Jangan jadi pengambek. Misalnya kita ingin mundur dari amanah sebagai ketua dalam sebuah acara karena ada kritikan atau konflik dengan anggota. Atau jika kita seorang sekretaris dalam sebuah organisasi, mengundurkan diri hanya karena disindir atas kinerja yang tidak bagus. Terlalu mulia amanah itu, untuk dikalahkan atau dikotori dengan sindiran, kritikan, atau konflik. Jawablah kritik atau sindiran itu dengan kinerja yang lebih baik. Jangan biarkan dia yang membenci kita, tertawa karena anggapan dia benar.

Mundurnya kita dari amanah itu, menyiratkan bahwa apa yang dituduhkan adalah benar. Mari, miliki jiwa besar untuk menyelesaikan masalah kita, baik masalah yang kecil ataupun yang besar.

Sumber: dakwatuna

Monday, November 11, 2013

Na’am! Kita Ahlus Sunnah wal Jamaah

Ilustrasi (inet)

Dahulu Islam memang satu

Sebagian kalangan mencoba mengaburkan fakta keberagaman dengan alasan wihdatul ummah (persatuan umat). Mereka mencoba “mendamaikan” antara Ahlus Sunnah dan Syiah di bawah slogan; Tuhan yang satu, Nabi yang satu, Kitab yang satu, Kiblat yang satu, buat apa kita berpecah ….., begitu rahmat slogan ini tetapi di baliknya mengandung azab. Apakah mungkin bersatu kepada kaum yang jika disebut nama Abu Bakar, Umar, Utsman, Muawiyah, dan Abu Hurairah, mereka menyebutnya dengan la’natullah ‘alaihim, thaghut, munafiq …. Sedangkan kita mendoakannya dengan Radhiallahu ‘Anhum (semoga Allah meridhai mereka)?


Jika Anda ditanya, apa agamamu? Lalu Anda jawab:  
“Saya Islam, maka saya muslim.” Sesuai ayat:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk kaum muslimin?” (QS. Al Fushilat: 33)

Jika Anda menjawab “saya muslim” karena berhujah dengan ayat ini maka Anda benar ketika Anda hidup pada masa Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, sebab saat itu Islam masih satu wajah, belum ada yang menyimpangkan dan menyelewengkan. Ada pun pada masa selanjutnya, puluhan bahkan ratusan firqah menyebar di berbagai negeri muslim, dan semuanya menyandarkan dirinya pada Islam; ada syiah, khawarij, murjiah, mu’tazilah, qadariyah, jabbariyah, musyabbihah, mujassimah, qaramithah, hasyawiyah, jahmiyah, atau sekte-sekte modern seperti Ahmadiyah, Islam Jamaah, Isa Bugis, NII KW 9, dan sebagainya. Maka, tidak cukup pada masa fitnah seperti ini Anda menjawab “saya muslim” tetapi jawablah “saya muslim sunni (pengikut ahlus Sunnah).”

Dalam Shahih Muslim, disebutkan bahwa Imam Muhammad bin Sirin Radhiallahu ‘Anhu menyebut nama Ahlus Sunnah untuk membedakan diri terhadap Ahli bid’ah pada zaman fitnah.

حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ زَكَرِيَّاءَ عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ عَنْ ابْنِ سِيرِينَ قَالَ لَمْ يَكُونُوا يَسْأَلُونَ عَنْ الْإِسْنَادِ فَلَمَّا 

وَقَعَتْ الْفِتْنَةُ قَالُوا سَمُّوا لَنَا رِجَالَكُمْ فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلَا يُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ

Berkata kepada kami Ja’far Muhammad bin Shabbah, berkata kepada kami Ismail bin Zakariya, dari ‘Ashim, dari Ibin Sirin, katanya:
Dahulu mereka tidak pernah menanyakan tentang isnad. Ketika terjadi fitnah mereka mengatakan: “Sebutlah nama periwayat kalian kepada kami, maka jika dilihat dari Ahli Sunnah maka diambil hadits mereka, dan jika dilihat dari Ahli Bid’ah maka jangan ambil hadits darinya.” (Shahih Muslim, Bab Bayan Annal Isnaad minad Diin)

Kenapa Memilih Mazhab Ahlus Sunnah?

Dari Irbadh bin Sariyah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

“Barang siapa di antara kalian hidup setelah aku, maka akan melihat banyak perselisihan, maka hendaknya kalian berada di atas sunnahku, dan sunah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk, maka berpegang teguhlah padanya dan gigitlah dengan geraham kalian.” (HR. Abu Daud No. 4607, At Tirmidzi No. 2676, katanya: hasan shahih. Ibnu Majah No. 42, Ahmad No. 17142, 17144, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 20215, Al Hakim, Al Mustadrak No. 329, katanya: hadits ini shahih tak ada cacat. Syaikh Al Albani mengatakan: sanadnya shahih. As Silsilah Ash Shahihah No. 2735)

 Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ

“Hendaknya kalian bersama jamaah, dan hati-hatilah terhadap perpecahan.” (HR. At Tirmidzi No.2165, Katanya: hasan shahih gharib. An Nasa’i, As Sunan Al Kubra, 5/389. Syaikh Al Albani menshahihkan, lihat Irwa’ul Ghalil, 6/215)

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

فمن أراد منكم بحبوحة الجنة فليلزم الجماعة ، فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد

“Barang siapa di antara kalian menghendaki tamannya surga, maka berpeganglah pada jamaah, sebab syaitan itu bersama orang yang sendirian, ada pun bersama dua orang, dia menjauh.” (HR. At Tirmidzi No. 2165, katanya: hasan shahih gharib. Ahmad No. 177, Ibnu Hibban No. 4576. Al Hakim, Al Mustadrak ‘alash Shahihain No. 387, katanya: shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam As Silsilah Ash Shahihah No. 430)

Allah Ta’ala berfirman:

 يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ

“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram…” (QS. Ali Imran (3): 106)

Berkata Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma:

تبيض وجوه أهل السنة والجماعة وتسود وجوه أهل البدعة.

“Putih berseri wajah Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan hitam muram wajah ahli bid’ah.” (Imam Al Qurthubi, Al Jami’ li Ahkamil Quran, 4/167. Tafsir Ibnu Abi Hatim, 3/124. Imam Al Baghawi, Ma’alimut Tanzil, 2/87. Imam Asy Syaukani, Fathul Qadir, 2/10. Imam Ibnul Jauzi, Zaadul Masir, 1/393. Imam As Suyuthi, Ad Durul Mantsur, 2/407)

Nasihat Generasi Awal Islam

Berkata Ubai bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu:

 عليكم بالسبيل والسنة فإنه ليس من عبد على سبيل وسنة ذكر الرحمن ففاضت عيناه من خشية الله فتمسه النار وإن اقتصادا في سبيل وسنة خير من اجتهاد في إخلاف

“Hendaknya kalian bersama jalan kebenaran dan As Sunnah, sesungguhnya tidak akan disentuh neraka, orang yang di atas kebenaran dan As Sunnah dalam rangka mengingat Allah lalu menetes air matanya karena takut kepada Allah Ta’ala. Sederhana mengikuti kebenaran dan As Sunnah adalah lebih baik, dibanding bersungguh-sungguh dalam perselisihan.”

Dari Abul ‘Aliyah, dia berkata:

عليكم بالأمر الأول الذي كانوا عليه قبل أن يفترقوا قال عاصم فحدثت به الحسن فقال قد نصحك والله وصدقك

“Hendaknya kalian mengikuti urusan orang-orang awal, yang dahulu ketika mereka belum terpecah belah.” ‘Ashim berkata: “Aku menceritakan ini kepada Al Hasan, maka dia berkata: ‘Dia telah menasihatimu dan membenarkanmu.’ “

Dari Al Auza’i, dia berkata:

اصبر نفسك على السنة وقف حيث وقف القوم وقل بما قالوا وكف عما كفوا عنه واسلك سبيل سلفك الصالح فانه يسعك ما وسعهم

“Sabarkanlah dirimu di atas As Sunnah, berhentilah ketika mereka berhenti, dan katakanlah apa yang mereka katakan, tahanlah apa-apa yang mereka tahan, dan tempuhlah jalan pendahulumu yang shalih, karena itu akan membuat jalanmu lapang seperti lapangnya jalan mereka.”

Dari Yusuf bin Asbath, dia berkata:

قال سفيان يا يوسف إذا بلغك عن رجل بالمشرق أنه صاحب سنة فابعث إليه بالسلام وإذا بلغك عن آخر بالمغرب أنه صاحب سنة فابعث إليه بالسلام فقد قل أهل السنة والجماعة

“Berkata Sufyan: Wahai Yusuf, jika sampai kepadamu seseorang dari Timur bahwa dia seorang pengikut As Sunnah, maka kirimkan salamku untuknya. Jika datang kepadamu dari Barat bahwa dia seorang pengikut As Sunnah, maka kirimkan salamku untuknya, sungguh, Ahlus Sunnah wal Jamaah itu sedikit.”

Dari Ayyub, dia berkata:

إني لأخبر بموت الرجل من أهل السنة فكأني أفقد بعض أعضائ

“Sesungguhnya jika dikabarkan kepadaku tentang kematian seorang dari Ahlus Sunnah, maka seakan-akan telah copot anggota badanku.”

Dan masih banyak lagi nasihat yang serupa. (Lihat semua ucapan salaf ini dalam Talbisu Iblis, hal. 10-11, karya Imam Abul Faraj bin Al Jauzi)

Sementara Al Ustadz Hasan Al Banna Rahimahullah menegaskan tentang fikrah dakwahnya:

دعوة سلفية : لأنهم يدعون إلى العودة بالإسلام إلى معينه الصافي من كتاب الله وسنة رسوله. وطريقة سنية : لأنهم يحملون أنفسهم علي العمل بالسنة المطهرة في كل شيء ، وبخاصة في العقائد والعبادات ما وجدوا إلى ذلك سبيلا

Da’wah Salafiyah: karena mereka menyeru kembali kepada Islam dengan maknanya yang murni dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.

Thariqah sunniyah: karena mereka membawa jiwa untuk beramal dengan sunnah yang suci dalam segala hal, khususnya dalam hal aqidah dan ibadah, sejauh yang mereka mampu.” (Al Imam Hasan Al Banna, Majmu’ah Ar Rasail, Hal. 183. Al Maktabah At Taufiqiyah).


Definisi Ahlus Sunnah Wal Jamaah

Berkata Syaikh Muhammad Khalil Hiras:

وَالْمُرَادُ بِالسُّنَّةِ : الطَّرِيقَةُ الَّتِي كَانَ عَلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصَحْابُهُ قَبْلَ ظُهُورِ الْبِدَعِ وَالْمَقَالَاتِ .
وَالْجَمَاعَةُ فِي الْأَصْلِ : الْقَوْمُ الْمُجْتَمِعُونَ ، وَالْمُرَادُ بِهِمْ هُنَا سَلَفُ هَذِهِ الْأُمَّةِ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ ، الَّذِينَ اجْتَمَعُوا عَلَى الْحَقِّ الصَّرِيحِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى وَسُنَّةِ رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .

“Maksud dari As Sunnah adalah jalan yang Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya ada di atasnya, sebelum nampaknya bid’ah dan perkataan-perkataan menyimpang.
Sedangkan Al Jamaah pada asalnya, bermakna: Kaum yang berkumpul, tetapi yang dimaksud di sini adalah pendahulu umat ini dari kalangan sahabat, tabi’in, dan orang-orang yang berkumpul di atas kebenaran yang jelas dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (Syaikh Muhammad Khalil Hiras, Syarh Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah, Hal. 26)

Berkata Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu tentang makna Al Jamaah:

الجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الَحَقّ ، وَإِن كُنْتَ وَحْدَكَ

Al Jamaah adalah apa-apa yang bersesuaian dengan kebenaran, walau pun kau seorang diri.” (Syaikh Abdullah bin Abdil Hamid Al Atsari, Al Wajiz fi ‘Aqidah As Salaf Ash Shalih, Hal.25)

Sementara dalam kitab lain, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu pula:

إنما الجماعة ما وافق طاعة الله وإن كنت وحدك

“Sesungguhnya Al Jamaah adalah apa-apa yang bersesuaian dengan ketaatan kepada Allah, walau kau seorang diri.” (Imam Al Lalika’i, Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jamaah, 1/63)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri menjelaskan makna Al Jamaah:

ما أنا عليه وأصحابي

“Apa-apa yang Aku dan sahabatku berada di atasnya.” (HR. At Tirmidzi No. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan: hasan. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 2641)

Syaikh Abdullah bin Abdil Hamid Al Atsari, memberikan kesimpulan tentang makna Ahlus Sunnah wal Jamaah, sebagai berikut:

فَأهلُ السُّنَّةِ والجماعة :
هم المتمسكون بسُنٌة النَّبِيِّ- صلى اللّه عليه وعلى آله وسلم- وأَصحابه ومَن تبعهم وسلكَ سبيلهم في الاعتقاد والقول والعمل ، والذين استقاموا على الاتباع وجانبوا الابتداع ، وهم باقون ظاهرون منصورون إِلى يوم القيامة فاتَباعُهم هُدى ، وخِلافهم ضَلال .

“Maka, Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah mereka yang berpegang teguh dengan sunnah (jalan) Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dan menempuh jalan mereka dalam perkara aqidah, ucapan, dan perbuatan, dan orang-orang yang istiqamah dalam ittiba’ (mengikuti sunnah) dan menjauhkan bid’ah, merekalah orang-orang yang menang dan mendapat pertolongan pada hari kiamat. Maka mengikuti mereka adalah petunjuk, dan berselisih dengan mereka adalah sesat.” (Al Wajiz …, Hal. 25)

Jadi, ada dua kata kunci dalam memahami istilah Ahlus Sunnah wal Jamaah:
  1. Apa yang mereka jalankan? Yakni thariqah (metode/jalan) yang pernah dilakoni oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, sahabat, dan tabi’in.
  2. Siapa sajakah mereka? Yakni Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, para sahabat, dan tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, bersama kebenaran yang mereka bawa.
Sehingga, siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, manusia yang mengikuti jalan yang pernah ditempuh mereka, maka itulah Ahlus Sunnah wal Jamaah, walaupun dia seorang diri.
Wallahu A’lam.

Sumber: dakwatuna

INILAH MENGAPA ISLAM MELARANG MENYAMBUNG RAMBUT

Sebuah peristiwa mengerikan terjadi di ibukota Nairobi, Kenya. Seorang wanita Kenya, bernama Irene Myangoh, mengaku mengalami sakit kepala hebat usai rambutnya diperpanjang di sebuah salon.



Menurut harian Daily Mail, Jumat 1 November 2013, belakangan diketahui sambungan rambut tersebut milik mayat dan ada belatung di dalamnya. Belatung ini menembus kulit kepala dan menggerogoti tengkorak perempuan itu.

Hal ini bermula saat Myangoh menyambung rambutnya, atau yang dikenal dengan nama hair extension. Dua minggu usai pemasangan rambut, dia mengaku sering sakit kepala. Obat pusing juga tidak mempan.

Akhirnya, wanita yang berprofesi sebagai asisten pribadi di sebuah kantor pengacara ini berobat ke dokter. Tes darah dan pindai otak hasilnya negatif. Dalam pemeriksaan berikut, dokter menemukan akar permasalahannya.

Dokter itu menemukan ada belatung yang tengah memakan tengkoraknya. Belatung itu memang tidak terdeteksi dalam tes medis pertama, karena dia baru saja menetas dari telur. Diduga, belatung itu dari rambut tersebut.

Pemilik salon mengaku ini baru pertama kali dia alami. Dia mengaku telah memasang rambut itu kepada 10 wanita lainnya. Sementara rambut tersebut sudah terjual sebanyak 150 buah dari seluruh produk yang dia miliki.

"Saya akan mencoba memperoleh informasi lebih lanjut dari para pemasok karena kami mengimpor wig ini dari Inggris, Amerika Serikat dan India," kata dia.

Sumber:muslimina

Cerita Penasihat Presiden tentang Permintaan Puterinya yang Telah Syahidah


Ahmad Abdul Aziz, mantan penasihat Presiden Mursi menceritakan permintaan puterinya, Habibah, yang telah syahidah pada peristiwa pembantaian Rab’ah Adawiyah.

Di situs egyptwindow.net edisi Kamis (24/10/2013) kemarin, beliau menuliskan:

“Ketika terjadi demonstrasi menggulingkan Mubarak di Bundaran Tahrir, ada banyak anak muda yang dibunuh militer. Jenazah mereka dibuang begitu saja di tempat sampah. Saat itu Habibah menangis dan melaknat habis-habisan militer Husni Mubarak yang melakukan kejahatan itu.

Habibah juga menuntut untuk dilakukan qisas kepada orang-orang yang bertanggung jawab melakukan kejahatan itu. Saat itu aku katakan kepadanya, “Qisas saat ini mustahil dilakukan. Karena tidak ada negara yang menghormati kedudukan manusia dan hukum.”

Mendengar hal tersebut, Habibah semakin sedih dan bertanya, “Jadi kalau tidak ada negara, kita tidak bisa menuntut hak saudara-saudara kita?”

Aku menjawab, “Tidak mustahil. Tapi sulit dilakukan.” Mendengar jawabanku, dia marah, “Jadi kalau aku yang mereka bunuh, ayah tidak bisa menuntut dilakukan qisas yang merupakan hakku? Karena tidak ada negara?”

Aku pun mencoba menenangkannya, “Aku akan berjuang sebisaku untuk menuntut qisas yang menjadi hakmu?”

Habibah tidak puas mendengar jawabanku, “Kalau usaha sebisa mungkin itu tidak cukup untuk saat itu, bagaimana, Ayah?”

Aku mengalah, “Oke, Habibah. Aku akan melakukan hal yang mustahil, demi kamu. Walaupun aku harus pertaruhkan nyawaku. Bukan demi kamu saja, tapi demi semua syuhada yang telah gugur. Semuanya adalah anak-anakku.”

Sumber: dakwatuna

Kisah Keluarga Penghafal Qur'an yang Luar Biasa


Di sebuah masjid telah terjadi sebuah dialog antara seorang guru Al-Quran dengan seorang anak kecil yang ingin mendaftarkan dirinya dalam halqah Quran.

Guru Al-Quran (GQ)  : “Apakah ada yang kamu hafal dari Al-Quran?”.

Anak Kecil (AK)          : “iya”.

GQ       : “Silahkan baca juz ‘amma!”. (Anak itu pun membacanya dengan baik)

GQ       : “Apakah kamu hafal juz Tabarak (juz 29)?”.

AK       : “iya”. (Akupun kagum dengan hafalannya walaupun dia masih kecil, lalu akupun memintanya untuk membaca surat An-Nahl, ternyata dia juga telah menghafalnya, sehigga membuat aku bertambah kagum. Kemudian aku minta kepadanya untuk membaca surat yang panjang)

GQ       :  “Apakah kamu hafal surat Al-Baqarah?”.

AK       : “Iya”. (Diapun membacanya tanpa salah, lalu aku bertanya kembali)

GQ       : “Hai anakku, apakah kamu hafal Al-Quran?”.

AK       : “Iya”

GQ       : “Subhanallah, masya Allah, tabarakallah”.
Lalu aku pun memintanya untuk datang besok beserta ayahnya. Saat itu aku terheran-heran dengan peristiwa tadi, bagaimana ayahnya bisa mengajarkannya demikian. Kemudian yang membuat aku tambah tekejut adalah pada saat ayahnya tiba, aku melihat dari penampilannya tidak seperti orang yang suka melaksanakan sunnah Rasululllah SAW),
maka diapun  serta merta berkata kepadaku : “Saya tau anda tercengang kalau aku adalah ayahnya, tapi saya akan hapus kebingungan anda, sesungguhnya di balik anak ini ada seorang wanita yang sebanding dengan 1000 laki-laki, dan saya beri kabar gembira kepadamu bahwa di rumah ada 3 anak yang semuanya hafal Al-Quran (30 juz), dan saya mempunyai seorang putri yang baru berusia 4 tahun sudah hafal juz ‘Amma (Juz 30). Aku pun bertambah heran, bagaimana itu bisa terwujud??!!

Sang ayah anak kecil itu pun berkata : “Sesungguhnya sang ibu ketika anaknya mulai bisa berbicara, dia memulainya dengan hafalan Al-Quran terus memberi motivasi untuk menghafal, siapa diantara mereka yang hafal terlebih dahulu, maka dia yang paling berhak untuk memilih hidangan makan malam pada malam itu, dan barang siapa yang mengulang hafalan terlebih dahulu, dialah yang paling berhak untuk memilih tempat liburan pekanan, dan barang siapa yang khatam terlebih dahulu dialah yang berhak untuk memnentukan ka mana akan melakukan safar dihari liburan nanti. Dengan demikian terciptalah suasana saling berlomba dalam meghafal dan murajaah diantara mereka. 

Tuesday, November 5, 2013

Menag: “Rahmah El Yunusiah Sangat Layak Menjadi Pahlawan Nasional”

rahmah el yunusiyah  120407072031 895 Menag: Rahmah El Yunusiah Sangat Layak Menjadi Pahlawan Nasional

PENDIRI Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang – Hajjah Rahmah El Yunusiah – sangat layak kalau seandainya menjadi pahlawan nasional. Karena pada hari ini, kita bisa menyaksikan peninggalan beliau yang sangat begitu besar, yaitu peninggalan yang begitu bermanfaat dan tidak ternilai, yang telah memberikan kontribusi besar untuk agama, bangsa dan Negara yang kita cintai. Demikian disampaikan Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali ketika memberikan sambutan  pada Milad Perguruan Diniyah Putri yang ke- 90 di Padang Panjang, Ahad, lalu.


“Salut serta hormat setinggi-tingginya kepada Bunda Rahmah El Yunusiah,” ujar Menag.
Menteri Agama Suryadharma Ali dalam sambutannya mengutip dan menggarisbawahi ucapan Mantan Menteri Agama Almarhum Prof.Dr Mukti Ali sewaktu kunjungan beliau ke Diniyah Putri Padang Panjang tahun 1978. Beliau mengatakan “Kalau pada waktu sekarang orang mendirikan sekolah adalah hal yang biasa, akan tetapi pada waktu yang lalu – pada tahun 1923 -, dimana orang menganggap wanita itu haram masuk sekolah, ada orang yang berani mendirikan sekolah khusus untuk wanita seperti ibu Rahmah, maka itu adalah hal yang luar biasa.

“Bisa dibayangkan, tahun 1923, seorang perempuan berusia 23 tahun yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang begitu luas, mempunyai cita-cita, mimpi, gagasan dan sekaligus membuktikan cita-citanya itu, mimpinya itu menjadi kenyataan,” terang Menag.

Menurut Menag,  pandangan dan pemikiran Bunda Rahmah El Yunusiah bahwa mendidik seorang laki-laki berarti mendidik seorang manusia, sedangkan mendidik seorang perempuan berarti mendidik suatu keluarga dalam rumah tangga akan tetap relevan sampai kapan pun.

“Di sinilah letak pentingnya Diniyah Putri, dan di situlah pentingnya Bunda Rahmah yang telah meninggalkan jasa sangat begitu besar, bukan untuk tanah Minang saja tetapi juga untuk seluruh Indonesia bahkan untuk dunia,” ujar Menag.

“Oleh karenanya, dengan  mencermati presentasi yang ada, sudah sangat layak kalau seandainya Bunda Rahmah el Yunusiah menjadi pahlawan nasional”, tandas Menag.

Dalam kesempatan tersebut, Menag akan membantu untuk meyakinkan kepada pihak- pihak yang memiliki kompetensi memberikan gelar pahlawan nasional.

Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang, lanjut Menag, terwujud karena dorongan dan cita – cita dari sosok Bunda Rahmah El Yunusiah yang ingin mengangkat harkat dan derajat kaum perempuan melalui pendidikan karena tidak rela anak perempuan hanya mendapatkan pendidikan rendah saja.

“Dia menginginkan kaum perempuan diberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada”, imbuh Menag. 

sumber:Islampos

Fathimah az-zahra R.ha dan Gilingan Gandum


Suatu hari masuklah Rasulullah saw menemui anandanya Fathimah az-zahra r.ha. Didapatinya anandanya sedang menggiling syair (sejenis padi-padian) dengan menggunakan sebuah penggilingan tangan dari batu sambil menangis. Rasulullah saw bertanya pada anandanya, "apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Fathimah?, semoga Allah SWT tidak menyebabkan matamu menangis".

Fathimah r.ha. berkata, "ayahanda, penggilingan dan urusan-urusan rumah tanggalah yang menyebabkan ananda menangis". Lalu duduklah Rasulullah Saw di sisi anandanya. Fathimah r.ha. melanjutkan perkataannya, "ayahanda sudikah kiranya ayahanda meminta 'aliy (suaminya) mencarikan ananda seorang jariah untuk menolong ananda menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah".




Mendengar perkataan anandanya ini maka bangunlah Rasulullah saw mendekati penggilingan itu. Beliau mengambil syair dengan tangannya yang diberkati lagi mulia dan diletakkannya di dalam penggilingan tangan itu seraya diucapkannya 


"Bismillaahirrahmaanirrahiim". Penggilingan tersebut berputar dengan sendirinya dengan izin Allah SWT. Rasulullah saw meletakkan syair ke dalam penggilingan tangan itu untuk anandanya dengan tangannya sedangkan penggilingan itu berputar dengan sendirinya seraya bertasbih kepada Allah SWT dalam berbagai bahasa sehingga habislah butir-butir syair itu digilingnya.
Rasulullah SAW berkata kepada gilingan tersebut,

"berhentilah berputar dengan izin Allah SWT", maka penggilingan itu berhenti berputar lalu penggilingan itu berkata-kata dengan izin Allah SWT yang berkuasa menjadikan segala sesuatu dapat bertutur kata.
Maka katanya dalam bahasa Arab yang fasih, "ya Rasulullah SAW, demi Allah Tuhan yang telah menjadikan baginda dengan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya, kalaulah baginda menyuruh hamba menggiling syair dari Masyriq dan Maghrib pun niscaya hamba gilingkan semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab Allah SWT suatu ayat yang berbunyi :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya para malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dititahkan-Nya kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan". (QS At Tahrim : 6)

.. Maka hamba takut, ya Rasulullah kelak hamba menjadi batu yang masuk ke dalam neraka.

Rasulullah SAW kemudian bersabda kepada batu penggilingan itu, "bergembiralah karena engkau adalah salah satu dari batu mahligai Fathimah az-zahra di dalam sorga". Maka bergembiralah penggilingan batu itu mendengar berita itu kemudian diamlah ia.

Rasulullah SAW bersabda kepada anandanya, "jika Allah SWT menghendaki wahai Fathimah, niscaya penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah SWT menghendaki dituliskan-Nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh Nya beberapa kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu beberapa derajat. Ya Fathimah, perempuan mana yang menggiling tepung untuk suaminya dan anak-anaknya, maka Allah SWT menuliskan untuknya dari setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat.

Ya Fathimah perempuan mana yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya maka Allah SWT menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit.

Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci pakaian mereka maka Allah SWT akan mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang.

Ya Fathimah, perempuan mana yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya maka Allah SWT akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautshar pada hari kiamat.

Ya Fathimah, yang lebih utama dari itu semua adalah keridhaan suami terhadap istrinya. Jikalau suamimu tidak ridha denganmu tidaklah akan aku do'akan kamu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fathimah bahwa ridha suami itu daripada Allah SWT dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah SWT?.

Ya Fathimah, apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya maka beristighfarlah para malaikat untuknya dan Allah SWT akan mencatatkan baginya tiap-tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan darinya seribu kejahatan. Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan maka Allah SWT mencatatkan untuknya pahala orang-orang yang berjihad pada jalan Allah yakni berperang sabil. Apabila ia melahirkan anak maka keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ibunya melahirkannya dan apabila ia meninggal tiadalah ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa sedikitpun, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman sorga, dan Allah SWT akan mengkaruniakannya pahala seribu haji dan seribu umrah serta beristighfarlah untuknya seribu malaikat hingga hari kiamat.

Perempuan mana yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang benar maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya semua dan Allah SWT akan memakaikannya sepersalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya seribu kebaikan dan dikaruniakan Allah untuknya seribu pahala haji dan umrah.

Ya Fathimah, perempuan mana yang tersenyum dihadapan suaminya maka Allah SWT akan memandangnya dengan pandangan rahmat.

Ya Fathimah perempuan mana yang menghamparkan hamparan atau tempat untuk berbaring atau menata rumah untuk suaminya dengan baik hati maka berserulah untuknya penyeru dari langit (malaikat), "Teruskanlah 'amalmu maka Allah SWT telah mengampunimu akan sesuatu yang telah lalu dari dosamu dan sesuatu yang akan datang".

Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyak-kan rambut suaminya dan janggutnya dan memotongkan kumisnya serta menggunting kukunya maka Allah SWT akan memberinya minuman dari sungai-sungai sorga dan Allah SWT akan meringankan sakarotul maut-nya, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman sorga seta Allah SWT akan menyelamatkannya dari api neraka dan selamatlah ia melintas di atas titian Shirat".

sumber: Syarah 'Uquudil lijjaiin-Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani.

10 Adab Jima’



Mimpi Jadi Pengantin
1. Bersih Diri dan berwudhu

Mengkondisikan tubuh bersih (dengan mandi dan gosok gigi) adalah bagian dari adab jima’ sekaligus membuat suami atau istri lebih tertarik. Sebaliknya, tubuh yang tidak bersih cenderung mengganggu dan menurunkan daya tarik.

Abu Rafi’ radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari pernah menggilir istri-istri beliau, beliau mandi tiap kali selesai berhubungan bersama ini dan ini. Aku bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah lebih baik engkau cukup sekali mandi saja?” Beliau menjawab, “Seperti ini lebih suci dan lebih baik serta lebih bersih.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)

2. Memakai parfum/wewangian 

Wewangian adalah salah satu sunnah Nabi. Beliau bersabda: “Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi).

Bagi istri, memakai parfum/wewangian yang dianjurkan adalah saat-saat seperti ini, bukan pada waktu keluar rumah yang justru dilarang Rasulullah.

“Perempuan manapun yang menggunakan parfum kemudian melewati suatu kaum agar mereka mencium wanginya maka dia seorang pezina” (HR Ahmad)

Yang perlu diperhatikan di sini ialah, aroma atau jenis wewangian yang dipakai hendaknya yang disukai suami atau istri. Sebab, ada suami atau istri yang tidak menyukai aroma wewangian tertentu. Wewangian yang tepat membuat hasrat suami atau istri semakin meningkat.

3. Shalat dua raka’at

Adab ini terutama bagi pengantin baru. Sebagaimana atsar Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu yang menasehati pengantin baru agar mengajak istrinya shalat dua raka’at terlebih dahulu ketika memulai malam pertama.

4. Berdandan dan berpakaian yang disukai suami atau istri

Adakalanya istri malu memakai pakaian minim yang disukai suaminya. Padahal dalam sebuah hadits disebutkan “Sebaik-baik istri kalian adalah yang pandai menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat. Yakni keras menjaga kehormatan dirinya lagi pandai membangkitkan syahwat suaminya.” (HR. Ad Dailami).

Senada dengan hadits itu, Muhammad Al Baqir, cicit Husain bin Ali menjelaskan: “Sebaik-baik wanita diantara kalian adalah yang membuang perisai malu ketika menanggalkan pakaian di hadapan suaminya dan memasang perisai malu ketika ia berpakaian kembali.”

Hadits dan maqalah ini juga menjadi dalil bahwa di dalam jima’, suami istri boleh menanggalkan pakaian dan tidak haram melihat aurat masing-masing.

5. Jima’ di tempat tertutup

Islam mengatur kehidupan umat manusia agar kehormatan dan kemuliaannya terjaga. Demikian pula dengan jima’. Ia harus dilakukan di tempat tertutup, tidak diketahui oleh orang lain meskipun ia adalah anak atau keluarga sendiri. Karenanya saat anak berumur 10 tahun, Islam mensyariatkan untuk memisahkan kamar anak-anak. Kamar anak laki-laki terpisah dari kamar anak perempuan.

Bagaimana jika anak masih kecil dan tidurnya bersama orang tua? Pastikan ia tidak melihat aktifitas suami istri tersebut. Caranya bisa Anda berdua yang pindah kamar.

6. Berdoa sebelum jima’

Yakni membaca doa:

بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
Dengan Nama Allah, Ya Allah! Jauhkan kami dari syetan, dan jauhkan syetan agar tidak mengganggu apa (anak) yang Engkau rezekikan kepada kami” (HR. Bukhari dan Muslim)

7. Melakukan mubasharah, ar rasuul, foreplay, atau pemanasan

Hendaknya suami tidak langsung ke inti, tetapi ada mubasharah/ar rasuul/ foreplay terlebih dulu.

“Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu,” (HR. Tirmidzi)

8. Membawa ke puncak, saling memberi hak

“Apabila salah seorang diantara kamu menjima’ istrinya, hendaklah ia menyempurnakan hajat istrinya. Jika ia mendahului istrinya, maka janganlah ia tergesa meninggalkannya.” (HR. Abu Ya’la)

9. Mencuci kemaluan dan berwudhu jika mau mengulangi

“Jika salah seorang di antara kalian mendatangi istrinya, lalu ia ingin mengulanginya, maka hendaklah ia berwudhu.” (HR. Muslim)

10. Mandi besar (janabat) setelah jima’

Demikian 10 Adab Jima’ yang disarikan dari berbagai sumber, khususnya Bahagianya Merayakan Cinta karya Salim A. Fillah dan Sutra Ungu karya Abu Umar Baasyir. [Bersamadakwah]

Friday, October 25, 2013

Umar bin Abdul-Aziz

Biografi Umar Bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz bergelar Umar II,Nama sebenar beliau ialah Abu Jaafar Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Ahkam, lahir pada tahun 63 H,dan meninggal dunia pada 101H.Ia adalah khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 717 (umur 34–35 tahun) sampai 720 (selama 2–3 tahun). Tidak seperti khalifah Bani Umayyah sebelumnya, ia bukan merupakan keturunan dari khalifah sebelumnya, tetapi ditunjuk langsung, dimana ia merupakan sepupu dari khalifah sebelumnya, Sulaiman.

Keluarga

Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan adik dari Khalifah Abdul-Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim. Umar adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin kedua Umar bin Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya sebagai salah seorang Sahabat Nabi yang paling dekat.

 

Silsilah 

 

Umar dilahirkan sekitar tahun 682. Beberapa tradisi menyatakan ia dilahirkan di Madinah, sedangkan lainnya mengklaim ia lahir di Mesir. Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak.

 

Kisah Umar bin Khattab berkaitan dengan kelahiran Umar II


Menurut tradisi Muslim Sunni, silsilah keturunan Umar dengan Umar bin Khattab terkait dengan sebuah peristiwa terkenal yang terjadi pada masa kekuasaan Umar bin Khattab.
"Khalifah Umar sangat terkenal dengan kegiatannya beronda pada malam hari di sekitar daerah kekuasaannya. Pada suatu malam beliau mendengar dialog seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu yang miskin.

Kata ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah air dalam susu ini supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari
Anaknya menjawab “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang kita berbuat begini
Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu”.
Balas si anak “Jika Amirul Mukminin tidak tahu, tapi Tuhan Amirul Mukminin tahu”.
Umar yang mendengar kemudian menangis. Betapa mulianya hati anak gadis itu.
Ketika pulang ke rumah, Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya, Asim menikahi gadis itu.Kata Umar, "Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam”.

Asim yang taat tanpa banyak tanya segera menikahi gadis miskin tersebut. Pernikahan ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang lebih dikenal dengan sebutan Ummu Asim. Ketika dewasa Ummu Asim menikah dengan Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz.

Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak. Umar telah menghafal al-Quran sejak masih kecil serta bergaul dengan para pemuka ahli fiqih dan ulama. Merantau ke Madinah untuk menimba ilmu pengetahuan. Beliau telah berguru dengan beberapa tokoh terkemuka seperti Imam Malik bin Anas, Urwah bin Zubair, Abdullah bin Jaafar, Yusuf bin Abdullah dan sebagainya. Kemudian beliau melanjutkan pelajaran dengan beberapa tokoh terkenal di Mesir. Ia tinggal di sana sampai kematiannya ayahnya, dimana kemudian ia dipanggil ke Damaskus oleh Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya Fatimah. Ayah mertuanya kemudian segera meninggal dan ia diangkat pada tahun 706 sebagai gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I

Kehidupan awal

 

682 – 715


Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak. Ia tinggal di sana sampai kematiannya ayahnya, dimana kemudian ia dipanggil ke Damaskus oleh Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya Fatimah. Ayah mertuanya kemudian segera meninggal dan ia diangkat pada tahun 706 sebagai gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I

 

715 – 715: era Al-Walid I


Tidak seperti sebagaian besar penguasa pada saat itu, Umar membentuk sebuah dewan yang kemudian bersama-sama dengannya menjalankan pemerintahan provinsi. Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dimana keluhan-keluhan resmi ke Damaskus berkurang dan dapat diselesaikan di Madinah, sebagai tambahan banyak orang yang berimigrasi ke Madinah dari Iraq, mencari perlindungan dari gubernur mereka yang kejam, Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia menekan al-Walid I untuk memberhentikan Umar. al-Walid I tunduk kepada tekanan Al-Hajjaj dan memberhentikan Umar dari jabatannya. Tetapi sejak itu, Umar sudah memiliki reputasi yang tinggi di Kekhalifahan Islam pada masa itu.

Pada era Al-Walid I ini juga tercatat tentang keputusan khalifah yang kontroversial untuk memperluas area di sekitar masjid Nabawi sehingga rumah Rasulullah ikut direnovasi. Umar membacakan keputusan ini di depan penduduk Madinah termasuk ulama mereka, Said Al Musayyib sehingga banyak dari mereka yang mencucurkan air mata. Berkata Said Al Musayyib: "Sungguh aku berharap agar rumah Rasulullah tetap dibiarkan seperti apa adanya sehingga generasi Islam yang akan datang dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya tata cara hidup beliau yang sederhana"

 

715 – 717: era Sulaiman


Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa pemerintahan al-Walid I dan kemudian dilanjutkan oleh saudara al-Walid, Sulaiman. Sulaiman, yang juga merupakan sepupu Umar selalu mengagumi Umar, dan menolak untuk menunjuk saudara kandung dan anaknya sendiri pada saat pemilihan khalifah dan menunjuk Umar.


Kedekatan Umar dengan Sulaiman


Sulaiman bin Abdul-Malik merupakan sepupu langsung dengan Umar. Mereka berdua sangat erat dan selalu bersama. Pada masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul-Malik, dunia dinaungi pemerintahan Islam. Kekuasaan Bani Umayyah sangat kukuh dan stabil.
Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas pasukan Bani Umayyah.
Sulaiman bertanya kepada Umar "Apakah yang kau lihat wahai Umar bin Abdul-Aziz?" dengan niat agar dapat membakar semangat Umar ketika melihat kekuatan pasukan yang telah dilatih.
Namun jawab Umar, "Aku sedang lihat dunia itu sedang makan antara satu dengan yang lain, dan engkau adalah orang yang paling bertanggung jawab dan akan ditanyakan oleh Allah mengenainya".
Khalifah Sulaiman berkata lagi "Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan pemerintahan kita ini?"
Balas Umar lagi, "Bahkan yang paling hebat dan mengagumkan adalah orang yang mengenali Allah kemudian mendurhakai-Nya, mengenali setan kemudian mengikutinya, mengenali dunia kemudian condong kepada dunia".
Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah barang tentu akan marah dengan kata-kata Umar bin Abdul-Aziz, namun beliau menerima dengan hati terbuka bahkan kagum dengan kata-kata itu.


Sebelum menjabat Menjadi khalifah

Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja’ bin Haiwah menasihati beliau, "Wahai Amirul Mukminin, antara perkara yang menyebabkan engkau dijaga di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di akhirat kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang adil, maka siapakah pilihanmu?". Jawab Khalifah Sulaiman, "Aku melihat Umar Ibn Abdul Aziz".

Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan, tetapi dirahasiakan darai kalangan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya Sulaiman, beliau memerintahkan agar para menteri dan para gubernur berbai’ah dengan nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut. 

Naiknya Umar sebagai Amirul Mukminin

Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan bertanya-tanya, siapa khalifah mereka yang baru. Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, "Bangunlah wahai Umar bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini".

Umar bin Abdul-Aziz bangkit seraya berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya jabatan ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa pernah aku memintanya, sesungguhnya aku mencabut bai’ah yang ada dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki".

Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah ditolak dan Umar pulang ke rumah. Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Ia di bai'at sebagai khalifah pada hari Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah ashar,

Ketika pulang ke rumah, Umar berfikir tentang tugas baru untuk memerintah seluruh daerah Islam yang luas dalam kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah Sulaiman bin Abdul-Malik. Ia berniat untuk tidur.

Pada saat itulah anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat ayahnya dan berkata, "Apakah yang sedang engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?".

Umar menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini"."Jadi apa engkau akan buat wahai ayah?", Tanya anaknya ingin tahu.

Umar membalas, "Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur, kemudian ayah akan keluar untuk salat bersama rakyat".

Apa pula kata anaknya apabila mengetahui ayahnya Amirul Mukminin yang baru “Ayah, siapa pula yang menjamin ayah masih hidup sehingga waktu zuhur nanti sedangkan sekarang adalah tanggungjawab Amirul Mukminin mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi” Umar ibn Abdul Aziz terus terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, beliau memanggil anaknya mendekati beliau, mengucup kedua belah mata anaknya sambil berkata “Segala puji bagi Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong aku di atas agamaku” 

Pemerintahan Umar bin Abdul-Aziz

Hari kedua dilantik menjadi khalifah, beliau menyampaikan khutbah umum. Dihujung khutbahnya, beliau berkata “Wahai manusia, tiada nabi selepas Muhammad saw dan tiada kitab selepas al-Quran, aku bukan penentu hukum malah aku pelaksana hukum Allah, aku bukan ahli bid’ah malah aku seorang yang mengikut sunnah, aku bukan orang yang paling baik dikalangan kamu sedangkan aku cuma orang yang paling berat tanggungannya dikalangan kamu, aku mengucapkan ucapan ini sedangkan aku tahu aku adalah orang yang paling banyak dosa di sisi Allah” Beliau kemudian duduk dan menangis "Alangkah besarnya ujian Allah kepadaku" sambung Umar Ibn Abdul Aziz.

Beliau pulang ke rumah dan menangis sehingga ditegur isteri “Apa yang Amirul Mukminin tangiskan?” Beliau mejawab “Wahai isteriku, aku telah diuji oleh Allah dengan jawatan ini dan aku sedang teringat kepada orang-orang yang miskin, ibu-ibu yang janda, anaknya ramai, rezekinya sedikit, aku teringat orang-orang dalam tawanan, para fuqara’ kaum muslimin. Aku tahu mereka semua ini akan mendakwaku di akhirat kelak dan aku bimbang aku tidak dapat jawab hujjah-hujjah mereka sebagai khalifah kerana aku tahu, yang menjadi pembela di pihak mereka adalah Rasulullah saw’’ Isterinya juga turut mengalir air mata.

Peristiwa-peristiwa pada pemerintahannya menimbulkan rasa cinta untuk meneladaninya. 

Umar bin Abdul Aziz,adalah Teladan Pemimpin Tawadhu, adil, arif,serta bijaksa lagi berilmu. 
Sosoknya yang begitu melegenda tentu membuat hati penasaran untuk mengenalnya.
Tentu banyak karakteristik seorang mukmin yang bersemayam dalam diri Umar bin Abdul Aziz hingga dirinya ditaati sebagai pemimpin dan namanya tertera dalam daftar sejarah kebanggaan umat muslim. Termasuk salah satu di antaranya adalah sifat tawadhu’ beliau.

Umar bin Abdul Aziz,adalah Teladan Pemimpin Tawadhu, adil, arif,serta bijaksa lagi berilmu.Sosoknya yang begitu melegenda tentu membuat hati penasaran untuk mengenalnya. 

Insan dengan sejarah menawan akan masa kepemimpinannya saat menjabat sebagai khalifah. Ia membalikkan 180 derajat keadaan hidupnya dari yang bermewah harta menjadi penuh dengan keterbatasan ketika dirinya diangkat sebagai khalifah. 

Salah satu kisah nya adalah:

Suatu hari datanglah seorang utusan dari salah satu daerah kepada beliau. Utusan itu sampai di depan pintu Umar bin Abdul Aziz menjelang malam. Setelah mengetuk pintu seorang penjaga menyambutnya. Utusan itu pun mengatakan, “Beritahu Amirul Mukminin bahwa yang datang adalah utusan gubernurnya.” Penjaga itu masuk untuk memberitahu Umar yang hampir saja berangkat tidur. Umar pun duduk dan berkata, “Ijinkan dia masuk.”

Utusan itu masuk, dan Umar memerintahkan untuk menyalakan lilin yang besar. Umar bertanya kepada utusan tersebut tentang keadaan penduduk kota, dan kaum muslimin di sana, bagaimana perilaku gubernur, bagaimana harga-harga, bagaimana dengan anak-anak, orang-orang muhajirin dan anshar, para ibnu sabil, orang-orang miskin. Apakah hak mereka sudah ditunaikan?Apakah ada yang mengadukan?.Utusan itu pun menyampaikan segala yang diketahuinya tentang kota kepada Umar bin Abdul aziz. Tak ada sesuatu pun yang disembunyikannya.

Semua pertanyaan Umar dijawab lengkap oleh utusan itu. Ketika Semua pertanyaan Umar telah selesai dijawab semua, utusan itu balik bertanya kepada Umar.“Ya Amirul Mukminin, bagaimana keadaanmu, dirimu, dan badanmu? Bagaimana keluargamu, seluruh pegawai dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabmu? Umar pun kemudian dengan serta merta meniup lilin tersebut dan berkata, “Wahai pelayan, nyalakan lampunya!” Lalu dinyalakanlah sebuah lampu kecil yang hampir-hampir tidak bisa menerangi ruangan karena cahayanya yang teramat kecil.

Umar melanjutkan perkataanya, “Sekarang bertanyalah apa yang kamu inginkan.” Utusan itu bertanya tentang keadaannya. Umar memberitahukan tentang keadaan dirinya, anak-anaknya, istri, dan keluarganya.

Rupanya utusan itu sangat tertarik dengan perbuatan yang telah dilakukan oleh Umar, mematikan lilin. Dia bertanya, “Ya Amirul Mukminin, aku melihatmu melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan.” Umar menimpali, “Apa itu?”

“Engkau mematikan lilin ketika aku menanyakan tentang keadaanmu dan keluargamu.”Umar berkata, “Wahai hamba Allah, lilin yang kumatikan itu adalah harta Allah, harta kaum muslimin. Ketika aku bertanya kepadamu tentang urusan mereka maka lilin itu dinyalakan demi kemaslahatan mereka. Begitu kamu memebelokkan pembicaraan tentang keluarga dan keadaanku, maka aku pun mematikan lilin milik kaum muslimin.”

Setelah menjadi khalifah, beliau mengubah beberapa perkara yang lebih mirip kepada sistem feodal. Di antara perubahan awal yang dilakukannya ialah :

1.Menghapuskan cacian terhadap Saidina Ali b Abu Thalib dan keluarganya yang disebut dalam khutbah-khutbah Jumaat dan digantikan dengan beberapa potongan ayat suci al-Quran

2.Merampas kembali harta-harta yang disalahgunakan oleh keluarga Khalifah dan mengembalikannya ke Baitulmal

3.Memecat pegawai-pegawai yang tidak cekap, menyalahgunakan kuasa dan pegawai yang tidak layak yang dilantik atas pengaruh keluarga Khalifah

4.Penghapuskan pegawai pribadi bagi Khalifah sebagaimana yang diamalkan oleh Khalifah terdahulu. Ini membolehkan beliau bebas bergaul dengan rakyat jelata tanpa sekatan tidak seperti khalifah dahulu yang mempunyai pengawal peribadi dan laskar-laskar yang mengawal istana yang menyebabkan rakyat sukar berjumpa.

5.Tentang :kebajikan rakyat miskin di mana beliau juga telah menaikkan gaji buruh sehingga ada yang menyamai gaji pegawai kerajaan.

6.Penghayatan agama di kalangan rakyatnya yang telah lalai dengan kemewahan dunia. Khalifah umar telah memerintahkan umatnya mendirikan solat secara berjammah dan masjid-masjid dijadikan tempat untuk mempelajari hukum Allah sebegaimana yang berlaku di zaman Rasulullah SAW dan para Khulafa’ Ar-Rasyidin. 

Baginda turut mengarahkan Muhammad b Abu Bakar Al-Hazni di Mekah agar mengumpul dan menyusun hadis-hadis Raulullah SAW.Beliau juga meriwayatkan hadis dari sejumlah tabiin lain dan banyak pula ulama hadis yang meriwayatkan hadis dari beliau.

7.Dalam bidang ilmu pula, beliau telah mengarahkan cendikawan Islam supaya menterjemahkan buku-buku kedoktoran dan pelbagai bidang ilmu dari bahasa Greek, Latin dan Siryani ke dalam bahasa Arab supaya senang dipelajari oleh umat Islam.

8.Dalam mengukuhkan lagi dakwah Islamiyah, beliau telah menghantar 10 orang pakar hukum Islam ke Afrika Utara serta menghantar beberapa orang pendakwah kepada raja-raja India, Turki dan Barbar di Afrika Utara untuk mengajak mereka kepada Islam. Di samping itu juga beliau telah menghapuskan bayaran Jizyah yang dikenakan ke atas orang yang bukan Islam dengan harapan ramai yang akan memeluk Islam.

9.Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang terkenal dengan keadilannya telah menjadikan keadilan sebagai keutamaan pemerintahannya. Beliau ingin semua rakyat dilayani dengan adil tidak memandang keturunan dan pangkat supaya keadilan dapat berjalan dengan sempurna. Keadilan yang beliau perjuangan adalah menyamai keadilan di zaman kakeknya, Khalifah Umar Al-Khatab.

Pada masa pemerintahannya berhasil memulihkan keadaan negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti saat 4 khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah.

- Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak kalah dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari atau 60 dirham perbulan. Karena itu banyak ahli sejarah menjuluki beliau dengan Khulafaur Rasyidin ke-5. Khalifah Umar ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang sedikit.

-Kerajaan Umaiyyah semakin kuat tiada pemberontakan dalaman, kurang berlaku penyelewengan, rakyat mendapat layanan yang sewajarnya dan menjadi kaya-raya hinggakan Baitulmal penuh dengan harta zakat kerana tiada lagi orang yang mau menerima zakat.Rakyat umumnya sudah kaya ataupun sekurang-kurangnya mau berdikari sendiri. 

-Dan Pasukan kaum muslimin sudah mencapai pintu kota Paris di sebelah barat dan negeri Cina di sebelah timur. Pada waktu itu kekusaan pemerintahan di Portugal dan Spanyol berada di bawah kekuasaannya.

Hari-hari terakhir Umar bin Abdul-Aziz

Umar bin Abdul-Aziz wafat disebabkan oleh sakit akibat diracun oleh pembantunya. Umat Islam datang berziarah melihat kedhaifan hidup khalifah sehingga ditegur oleh menteri kepada isterinya,
 "Gantilah baju khalifah itu", dibalas isterinya, "Itu saja pakaian yang khalifah miliki.

Apabila beliau ditanya “Wahai Amirul Mukminin, tidakkah engkau mau mewasiatkan sesuatu kepada anak-anakmu?”

Umar Abdul Aziz menjawab: "Apa yang ingin kuwasiatkan? Aku tidak memiliki apa-apa"

"Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan tidak memiliki?"

"Jika anak-anakku orang soleh, Allah lah yang menguruskan orang-orang soleh. Jika mereka orang-orang yang tidak soleh, aku tidak mau meninggalkan hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu menggunakan hartaku untuk mendurhakai Allah"

Pada waktu lain, Umar bin Abdul-Aziz memanggil semua anaknya dan berkata: "Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama : menjadikan kamu semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka, kedua: kamu miskin seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga (kerana tidak menggunakan uang rakyat).

Sesungguhnya wahai anak-anakku, aku telah memilih surga." (beliau tidak berkata : aku telah memilih kamu susah)

Anak-anaknya ditinggalkan tidak berharta dibandingkan anak-anak gubernur lain yang kaya. Setelah kejatuhan Bani Umayyah dan masa-masa setelahnya, keturunan Umar bin Abdul-Aziz adalah golongan yang kaya berkat doa dan tawakkal Umar bin Abdul-Aziz.

Begitulah para pemimpin umat Islam terdahulu mengajarkan keteladanan pada kita. Umar bin Abdul Aziz memberikan gambaran keindahan tawadhu’, ketika seseorang menurunkan egonya untuk menyamakan dirinya di hadapan manusia dan merendahkan dirinya di hadapan Allah Azza wa Jala, maka ia dapatkan kemuliaan dirinya, penghargaan di hadapan manusia, dan ketinggian derajat diberikan oleh Allah.


 


                                                                    SELAMAT    MEMBACA
 


Flower 53