Tuesday, April 30, 2013

Ini 4 Fakta Menarik tentang Istri Mursi



Najlaa Ali Mahmoud resmi menjadi ibu negara bagi rakyat Mesir. Namun, ia tak mau disebut ibu negara. Naglaa lebih memilih sebutan pelayan bangsa.

Istri presiden Mesir yang baru terpilih, Mohamed Morsi itu berbeda dengan Suzanne Mubarak. Najlaa memilih hidup sederhana dan bersahaja. 

Sebagai ibu rumah tangga, Naglaa memilih memakai abaya, sehingga mencerminkan perempuan kebanyakan di negara Piramida itu.

Inilah fakta menarik tentang kehidupannya:

Tentang Ikhwanul Muslimin:

“Dr Mursi bergabung dengan Ikhwanul Muslim 31 tahun yang lalu, saat kami tinggal di Los Angeles. Anggota gerakan tersebut sangat terbuka dan menjelaskan bahwa keterlibatan dalam gerakan berisiko penjara, dan salah satu hal yang penting adalah bahwa istri setuju dengan jalan hidup tersebut sehingga rumah tangga tidak goyah.''

''Bagi kami, keluarga adalah sangat penting. Jadi, jika sang istri tidak mampu menghadapi ekspektasi-ekspektasi tersebut, maka Anda tidak akan dipaksa bergabung. Dr Mursi datang pada saya dan mengatakan bahwa dengan bergabung menjadi anggota Ikhwanul Muslimin ada risiko penjara dan hilang pekerjaan. Semua itu terjadi pada saat kami masih di Amerika. Saya katakana padanya, ‘Tidak masalah. Tidak ada masalah. Mari kita jalani, Insya Allah.’”


Pesannya pada kaum
Kristen Koptik di Mesir.

“Saya ingin mengatakan bahwa kita ada di tanah air yang sama, keturunan yang sama. Islam tidak membedakan antara Muslim dan Kristen. Sebaliknya, kami belajar bahwa dalam Islam, umat Muslim dan Kristen memiliki hak penuh yang sama di negara yang sama. Mereka memiliki apa yang kami punya, dan kita semua memiliki kewajiban yang sama. Saya pribadi mengenal anggota masyarakat beragama Kristen, baik perempuan maupun laki-laki, dan saya bersyukur pada Tuhan, hubungan saya dengan mereka baik.”

Tentang peran sebagai ibu negara dan presiden.

”Dalam Muslim Brotherhood, kedudukan presiden dianggap sebagai pelayan nomor satu, karena presiden republic ini seharunya menjadi pelayan utama Mesir. Ia yang akan menjadi sponsor, dan ini adalah ajaran Islam. Dalam Islam, siapa saja yang memimpin dan mengelola urusan negara, seperti yang dikatakan oleh khalifah Umar bin Khattab, ‘jika ada unta yang jatuh di daerah Levant, saya yang akan diminta pertanggungjawaban.’ Inilah Islam.”

Tentang suaminya.

”Ia orang yang sangat seimbang, sangat serius. Ini bukan karena ia suami saya. Tapi memang sifatnya seperti itu. Ia sangat seimbang dan rasional serta bermental politis. Saya telah menikah dengannya selama hampir 31, 32 tahun. Saya tidak bilang dia pelawak, tapi ia punya selera humor dan pandai menghibur. Ia serius di saat yang serius dan menghibur di kala susah.”

Al Qur'an Menjawab Semua Pertanyaan Kita



KENAPA AKU DIUJI?

Surah Al-Ankabut ayat 2-3
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

KENAPA AKU TIDAK MENDAPATKAN APA YANG AKU IDAM-IDAMKAN?

Surah Al-Baqarah ayat 216
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

KENAPA UJIAN SEBERAT INI?

Surah Al-Baqarah ayat 286
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

RASA FRUSTASI?

Surah Al-Imran ayat 139
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA?

Surah Al-Imran ayat 200
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung
Surah Al-Baqarah ayat 45
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,

APA YANG AKU DAPAT DARI SEMUA INI?

Surah At-Taubah ayat 111
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.

KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?

Surah At-Taubah ayat 129
Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal

AKU TAK DAPAT BERTAHAN LAGI!!!!!

Surah Yusuf ayat 87
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.
Surah An-Nisaa’ ayat 86
Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.

Saturday, April 20, 2013

UMAR BIN ABDUL AZIZ

    Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan adik dari Khalifah Abdul-Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim. Umar adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin kedua Umar bin Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya sebagai salah seorang Sahabat Nabi yang paling dekat.

    Silsilah

    Umar dilahirkan sekitar tahun 682. Beberapa tradisi menyatakan ia dilahirkan di Madinah, sedangkan lainnya mengklaim ia lahir di Mesir. Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak.

    Kisah Umar bin Khattab berkaitan dengan kelahiran Umar II

    Menurut tradisi Muslim Sunni, silsilah keturunan Umar bin Abdul-Aziz dengan Umar bin Khattab terkait dengan sebuah peristiwa terkenal yang terjadi pada masa kekuasaan Umar bin Khattab.
    "Khalifah Umar bin Khattab sangat terkenal dengan kegiatannya beronda pada malam hari di sekitar daerah kekuasaannya. Pada suatu malam beliau mendengar dialog seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu yang miskin.
    Kata ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah air dalam susu ini supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari
    Anaknya menjawab “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang kita berbuat begini
    Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu”.
    Balas si anak “Jika Amirul Mukminin tidak tahu, tapi Tuhan Amirul Mukminin tahu”.
      Umar bin Khattab yang mendengar kemudian menangis. Betapa mulianya hati anak gadis itu.
    Ketika pulang ke rumah, Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya, Asim menikahi gadis itu.
    Kata Umar, "Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam”.
    Asim yang taat tanpa banyak tanya segera menikahi gadis miskin tersebut. Pernikahan ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang lebih dikenal dengan sebutan Ummu Asim. Ketika dewasa Ummu Asim menikah dengan Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz.

    Kehidupan awal

    682 – 715

    Umar bin Abdul Aziz dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak. Ia tinggal di sana sampai kematiannya ayahnya, dimana kemudian ia dipanggil ke Damaskus oleh Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya Fatimah. Ayah mertuanya kemudian segera meninggal dan ia diangkat pada tahun 706 sebagai gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I

    715 – 715: era Al-Walid I

    Tidak seperti sebagaian besar penguasa pada saat itu, Umar bin Abdul Aziz membentuk sebuah dewan yang kemudian bersama-sama dengannya menjalankan pemerintahan provinsi. Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dimana keluhan-keluhan resmi ke Damaskus berkurang dan dapat diselesaikan di Madinah, sebagai tambahan banyak orang yang berimigrasi ke Madinah dari Iraq, mencari perlindungan dari gubernur mereka yang kejam, Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia menekan al-Walid I untuk memberhentikan Umar bin Abdul Aziz. al-Walid I tunduk kepada tekanan Al-Hajjaj dan memberhentikan Umar bin Abdul Aziz dari jabatannya. Tetapi sejak itu, Umar bin Abdul Aziz sudah memiliki reputasi yang tinggi di Kekhalifahan Islam pada masa itu.

    Pada era Al-Walid I ini juga tercatat tentang keputusan khalifah yang kontroversial untuk memperluas area di sekitar masjid Nabawi sehingga rumah Rasulullah ikut direnovasi. Umar bin Abdul Aziz membacakan keputusan ini di depan penduduk Madinah termasuk ulama mereka, Said Al Musayyib sehingga banyak dari mereka yang mencucurkan air mata. Berkata Said Al Musayyib:
    "Sungguh aku berharap agar rumah Rasulullah tetap dibiarkan seperti apa adanya sehingga generasi Islam yang akan datang dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya tata cara hidup beliau yang sederhana"

    715 – 717: era Sulaiman

    Umar bin Abdul Aziz tetap tinggal di Madinah selama masa sisa pemerintahan al-Walid I dan kemudian dilanjutkan oleh saudara al-Walid, Sulaiman. Sulaiman, adalah sepupu Umar bin Abdul Aziz,dia sangat mengagumi Umar bin Abdul Aziz, dan menolak untuk menunjuk saudara kandung dan anaknya sendiri pada saat pemilihan khalifah dan menunjuk Umar bin Abdul Aziz.
    Kedekatan Umar bin abdul Aziz dengan Sulaiman
    Sulaiman bin Abdul-Malik merupakan sepupu langsung dengan Umar. Mereka berdua sangat erat dan selalu bersama. Pada masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul-Malik, dunia dinaungi pemerintahan Islam. Kekuasaan Bani Umayyah sangat kukuh dan stabil.
    Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas pasukan Bani Umayyah.
    Sulaiman bertanya kepada Umar "Apakah yang kau lihat wahai Umar bin Abdul-Aziz?" dengan niat agar dapat membakar semangat Umar ketika melihat kekuatan pasukan yang telah dilatih.
    Namun jawab Umar, "Aku sedang lihat dunia itu sedang makan antara satu dengan yang lain, dan engkau adalah orang yang paling bertanggung jawab dan akan ditanyakan oleh Allah mengenainya".
    Khalifah Sulaiman berkata lagi "Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan pemerintahan kita ini?"
    Balas Umar lagi, "Bahkan yang paling hebat dan mengagumkan adalah orang yang mengenali Allah kemudian mendurhakai-Nya, mengenali setan kemudian mengikutinya, mengenali dunia kemudian condong kepada dunia".
    Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah barang tentu akan marah dengan kata-kata Umar bin Abdul-Aziz, namun beliau menerima dengan hati terbuka bahkan kagum dengan kata-kata itu.

    Menjadi khalifah

    Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Ia di bai'at sebagai khalifah pada hari Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.

    Zaman pemerintahannya berhasil memulihkan keadaan negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti saat 4 khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah. Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak kalah dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari atau 60 dirham perbulan. Karena itu banyak ahli sejarah menjuluki beliau dengan Khulafaur Rasyidin ke-5. Khalifah Umar ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang sedikit. Menurut riwayat, beliau meninggal karena dibunuh (diracun) oleh pembantunya.

    Sebelum menjabat

    Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja’ bin Haiwah menasihati beliau, "Wahai Amirul Mukminin, antara perkara yang menyebabkan engkau dijaga di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di akhirat kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang adil, maka siapakah pilihanmu?". Jawab Khalifah Sulaiman, "Aku melihat Umar Ibn Abdul Aziz".

    Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan, tetapi dirahasiakan dari kalangan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya Sulaiman, beliau memerintahkan agar para menteri dan para gubernur berbai’ah dengan nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.

    Naiknya Umar Bin Abdul Aziz sebagai Amirul Mukminin 

    Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan bertanya-tanya, siapa khalifah mereka yang baru. Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, "Bangunlah wahai Umar bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini".

    Seluruh hadirin pun serentak menyatakan persetujuannya. Tapi tidak dengan Umar. Ia justru terkejut, seperti mendengar petir di siang bolong.  Bukan hanya terkejut, Umar bin Abdul Aziz bahkan mengucapkan: Inna lillahi wa Inna ilaihi raji’uun, dan bukannya Alhamdulillah seperti kebanyakan para pejabat di negeri ini.  Bagi Umar, tahta yang disodorkan adalah musibah, bukan kenikmatan.

    Umar bin Abdul Aziz bukanlah tipe manusia yang berambisi untuk menjadi pemimpin, apalagi mengejarnya. “Demi Allah, ini sama sekali bukanlah atas permintaanku, baik secara rahasia ataupun terang-terangan,” ujar Umar.

    Umar bin Abdul-Aziz bangkit seraya berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya jabatan ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa pernah aku memintanya, sesungguhnya aku mencabut bai’ah yang ada dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki".

    Umat tetap menghendaki Umar Bin Abdul Aziz sebagai khalifah dan beliau menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah ditolak dan Umar Bin Abdul Aziz  pulang ke rumah.

    Ketika pulang ke rumah, Umar Bin Abdul Aziz berfikir tentang tugas baru untuk memerintah seluruh daerah Islam yang luas dalam kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah Sulaiman bin Abdul-Malik. Ia berniat untuk tidur.
    Pada saat itulah anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat ayahnya dan berkata, "Apakah yang sedang engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?".
    Umar Bin Abdul Aziz menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini".
    "Jadi apa engkau akan buat wahai ayah?", Tanya anaknya ingin tahu.
    Umar Bin Abdul Aziz membalas, "Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur, kemudian ayah akan keluar untuk salat bersama rakyat".
    Berkatalah sang anak kepada ayahnya:“Ayah, siapa pula yang menjamin ayah masih hidup sehingga waktu zuhur nanti sedangkan sekarang adalah tanggungjawab Amirul Mukminin mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi” Umar ibn Abdul Aziz terus terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, beliau memanggil anaknya mendekati beliau, mengecup kedua belah mata anaknya sambil berkata “Segala puji bagi Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong aku di atas agamaku”
     
    Fatimah istrinya tak kalah terkejutnya ketika mendengar berita bahwa telah diangkat khalifah baru, Umar bin Abdul Azis yang tak lain adalah suaminya sendiri. Namun ia lebih terkejut ketika tahu kalau Sang Raja baru dikabarkan menolak segala fasilitas istana.
    Umar bin Abdul Aziz memilih menunggang keledai untuk kendaraan sehari-hari, membatalkan acara pelantikan dirinya sebagai khalifah yang akan diadakan besar-besaran dan penuh kemewahan.

    Sungguh Fatimah heran dan tidak percaya mendengar berita tersebut karena ia sangat mengenal siapa suaminya. Sosok yang sangat identik dengan kemewahan hidup, mengapa secara tiba-tiba ia hendak berpaling dari kemewahan, padahal tampuk kekuasaan kaum muslimin baru saja di anugerahkan kepadanya?

    Keterkejutannya semakin bertambah tatkala melihat suaminya pulang dari dari kota Damaskus, tempat ia dilantik sebagai khalifah umat islam. Suaminya terlihat lebih tua tiga tahun dibandingkan tiga hari yang lalu tatkala ia berangkat ke kota Damaskus. Wajahnya terlihat sangat letih, tubuhnya gemetaran dan layu karena menanggung beban yang teramat berat.

    Dengan suara lirih Umar bin Abdul Aziz berkata dengan lembut dan penuh kasih-sayang kepada sang isteri tercinta, “Fatimah, isteriku...! Bukankah engkau telah tahu apa yang menimpaku? Beban yang teramat dipikulkan kepundakku, menjadi nakhoda bahtera yang dipenuhi, ditumpangi oleh umat Muhammad SAW. Tugas ini benar-benar menyita waktuku hingga hakku  terhadapmu akan terabaikan. Aku khawatir kelak engkau akan meninggalkanku apabila aku akan menjalani hidupku yang baru, padahal aku tidak ingin berpisah denganmu hingga ajal menjemputku.”

    “Lalu, apa yang akan engkau lakukan sekarang?” tanya Fatimah.

    “Fatimah...! engkau tahu bukan, bahwa semua harta, fasilitas yang ada ditangan kita berasal dari umat Islam, aku ingin mengembalikan harta tersebut ke baitul mal, tanpa tersisa sedikitpun kecuali sebidang tanah yang kubeli dari hasil gajiku sebagai pegawai, disebidang tanah itu kelak akan kita bangun tempat berteduh kita dan aku hidup dari sebidang tanah tersebut. Maka jika engkau tidak sanggup dan tidak sabar terhadap rencana perjalanan hidupku yang akan penuh kekurangan dan penderitaan maka berterus-teranglah, dan sebaiknya engkau kembali ke orang tuamu!” jawab Umar bin Abdul Aziz.

    Fatimah kembali bertanya,”Ya suamiku...apa yang sebenarnya membuat engkau berubah sedemikian rupa?”

    “Aku memiliki jiwa yang tidak pernah puas, setiap yang kuinginkan selalu dapat kucapai, tetapi aku menginginkan sesuatu yang lebih baik lagi yang tidak ternilai dengan apapun juga yakni surga, surga adalah impian terakhirku,” jawab Umar bin Abdul Aziz lagi.

    Aneh. Fatimah yang notabene merupakan wanita yang terbiasa hidup mewah, dengan fasilitas yang disediakan dan pelayanan yang super maksimal, tidak kecewa mendengar keputusan suaminya ia. Ia tidak menunjukan kekesalan dan keputus asaan. Justeru dengan suara yang tegar, mantap ia menegaskan, “Suamiku...! Lakukanlah yang menjadi keinginanmu dan aku akan setia disisimu baik dikala susah atau senang hinga maut memisahkan kita.”

    Fatimah merupakan satu-satunya anak perempuan dari lima bersaudara putra khalifah daulah Abbasyiah yang bernama Abdul Malik bin Marwan. Layaknya putri raja, fatimah pun mendapatkan kehormatan dan segala fasilitas yang mewah, hidup dengan penuh kasih sayang dan dimanja oleh kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya. Kebahagiannya menjadi sempurna dengan dipersunting oleh seorang lelaki yang terbaik pada zamannya, dari keluarga yang terhormat yang bernama Umar bin Abdul Aziz, yang hidup penuh dengan keglamoran dan kemewahan meskipun demikian ia merupakan sosok yang relegius dan sangat amanah.

    Fatimah yang agung itu menjadi pendukung pertama gerakan perubahan yang akan dilakukan oleh suaminya yakni gerakan kesederhanan para pemimpin dalam kehidupan, demi bakti dan keridaan sang suami yang tercinta. Ia rela meninggalkan kemewahan hidup yang selama ini dinikmatinya, semuanya dilakukan dengan penuh kesadaran, keikhlasan atas pondasi keimanan yang kuat.

    Di rumahnya yang baru, Fatimah hidup dengan penuh kesederhanaan. Pakaian yang dikenakan, makanan yang disantap tanpa ada kemewahan dan kelezatan semuanya tidak jauh dengan rakyat biasa padahal status yang mereka sandang adalah raja dan ratu seluruh umat Islam masa itu.

    Begitu sederhananya konsep kehidupan yang mereka terapkan, orang yang belum mengenal tidak menyangka bahwa mereka adalah pasangan penguasa umat islam kala itu. Diceritakan, suatu hari datanglah wanita Mesir untuk menemui khalifah di rumahnya. Sesampai di rumah yang ditunjukkan, ia melihat seorang wanita yang cantik dengan pakaian yang sederhana sedang memperhatikan seseorang yang sedang memperbaiki pagar rumah yang  dalam kondisi rusak.

    Setelah berkenalan si wanita Mesir baru sadar bahwa wanita tersebut adalah Fatimah, isteri sang Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz. Tamu itu pun menanyakan sesuatu hal, “Ya Sayyidati..., mengapa engkau tidak menutup auratmu dari orang yang sedang memperbaiki pagar rumah engkau?” Seraya tersenyum Fatimah menjawab, “Dia adalah amirul mukminin Umar bin Abdul Aziz yang sedang engkau cari.

    Pemerintahan Umar bin Abdul-Aziz

    Hari kedua dilantik menjadi khalifah, beliau menyampaikan khutbah umum. Dihujung khutbahnya, beliau berkata “Wahai manusia, tiada nabi selepas Muhammad saw dan tiada kitab selepas al-Quran, aku bukan penentu hukum malah aku pelaksana hukum Allah, aku bukan ahli bid’ah malah aku seorang yang mengikut sunnah, aku bukan orang yang paling baik dikalangan kamu sedangkan aku cuma orang yang paling berat tanggungannya dikalangan kamu, aku mengucapkan ucapan ini sedangkan aku tahu aku adalah orang yang paling banyak dosa di sisi Allah” Beliau kemudian duduk dan menangis "Alangkah besarnya ujian Allah kepadaku" sambung Umar Ibn Abdul Aziz.

    Beliau pulang ke rumah dan menangis sehingga ditegur isteri “Apa yang Amirul Mukminin tangiskan?” Beliau mejawab “Wahai isteriku, aku telah diuji oleh Allah dengan jawatan ini dan aku sedang teringat kepada orang-orang yang miskin, ibu-ibu yang janda, anaknya ramai, rezekinya sedikit, aku teringat orang-orang dalam tawanan, para fuqara’ kaum muslimin. Aku tahu mereka semua ini akan mendakwaku di akhirat kelak dan aku bimbang aku tidak dapat jawab hujah-hujah mereka sebagai khalifah kerana aku tahu, yang menjadi pembela di pihak mereka adalah Rasulullah saw’’ Isterinya juga turutmenangis "

     Akhlak pemimpin seorang Khalifah Umar bin Abdul Aziz, sungguh jauh dari gaya perlente, berpakaian mahal, kendaraan mewah, apalagi makanan yang lezat.  Seharusnya pejabat di negeri ini meneladani kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz.

    Tentu akan ada banyak karakteristik seorang mukmin yang bersemayam dalam diri Umar bin Abdul Aziz hingga dirinya ditaati sebagai pemimpin dan namanya tertera dalam daftar sejarah kebanggaan umat muslim.

    Umar Ibn Abdul Aziz mula memeritah pada usia 36 tahun sepanjang tempoh 2 tahun 5 bulan 5 hari. Pemerintahan beliau sangat menakjubkan. Ia juga dikenal sebagai khalifah yang mampu mengembalikan kesejahteraan umat Islam, hingga hampir saja pembagian zakat tak menemui si penerima karena kesejahteraan tiap muslim di kala itu. Ia juga yang menjadi penyelamat wajah Daulah Umayah di mana para raja berkuasa semena-mena dan perpecahan terjadi di mana-mana..

    Surat dari Raja Sriwijaya

    Tercatat Raja Sriwijaya pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah Bani Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I, dan yang ke-2 kepada Umar bin Abdul-Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860-940) dalam karyanya Al-Iqdul Farid. Potongan surat tersebut berbunyi:[4]
    Dari Rajadiraja...; yang adalah keturunan seribu raja ... kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan yang lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan; dan saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.

    Hari-hari terakhir Umar bin Abdul-Aziz

    Umar bin Abdul-Aziz wafat disebabkan oleh sakit akibat diracun oleh pembantunya. Umat Islam datang berziarah melihat kedhaifan hidup khalifah sehingga ditegur oleh menteri kepada isterinya, "Gantilah baju khalifah itu", dibalas isterinya, "Itu saja pakaian yang khalifah miliki".
     
    Apabila beliau ditanya “Wahai Amirul Mukminin, tidakkah engkau mau mewasiatkan sesuatu kepada anak-anakmu?”
     
    Umar Abdul Aziz menjawab: "Apa yang ingin kuwasiatkan? Aku tidak memiliki apa-apa"
    "Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan tidak memiliki?"

    "Jika anak-anakku orang soleh, Allah lah yang menguruskan orang-orang soleh. Jika mereka orang-orang yang tidak soleh, aku tidak mau meninggalkan hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu menggunakan hartaku untuk mendurhakai Allah"

    Pada waktu lain, Umar bin Abdul-Aziz memanggil semua anaknya dan berkata: "Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama : menjadikan kamu semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka, kedua: kamu miskin seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga (kerana tidak menggunakan uang rakyat). Sesungguhnya wahai anak-anakku, aku telah memilih surga." (beliau tidak berkata : aku telah memilih kamu susah)

    Anak-anaknya ditinggalkan tidak berharta dibandingkan anak-anak gubernur lain yang kaya. Setelah kejatuhan Bani Umayyah dan masa-masa setelahnya, keturunan Umar bin Abdul-Aziz adalah golongan yang kaya berkat doa dan tawakkal Umar bin Abdul-Aziz.

    Referensi

    1. Wikipedia:
    1. Abdurrahman, Jamal (2007). Keagungan Generasi Salaf (disertai kisah-kisahnya) (in Indonesia). Darus Sunnah.
    2.  (Arab) Jalaluddin Suyuthi (w. 911 H). Tarikh al-Khulafa (Sejarah Para Khalifah).
    2. Dakwatuna
    3.Hidayatullah
    4 Berbagai sumber


                                                                   ******************

      Wednesday, April 17, 2013

      JAMA'AH IDEAL IDAMAN PARA AKTIVIS DA'WAH


      Foto: JAMA'AH IDEAL IDAMAN PARA AKTIVIS DA'WAH


Jama’ah ideal yang pernah ada secara nyata di suatu fase sejarah ini:

1. Tidak tumbuh dengan tiba-tiba;

2. Tidak ada secara kebetulan;

3. Tidak diciptakan dalam sehari semalam. Begitu pula

4. Tidak muncul dari hasil sebuah anugerah yang mengubah watak segala sesuatu dalam sekejap atau sekilas.

Namun, ia…

Tumbuh secara alami, dan Pelan-pelan, sebagaimana pohon yang menjulang dan menghunjam akarnya itu tumbuh.

Perkembangannya memakan waktu yang lazim, sebagaimana ia
Memerlukan al-juhd (jerih payah) yang:

Al-Maushul (kontinyu),

Ats-Tsabit (Tetap), dan

Al-Muththarid (Konstan) 

demi perkembangan ini.Ia memerlukan:

Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),

Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan

Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:

Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),

Tasydzib (memangkas yang kelebihan),

Taujih (pengarahan),

Daf’ (mendorong, memotivasi),

Taqwiyah (penguatan), dan

Tatsbit (peneguhan).

Ia memerlukan:

Tajarib waqi’iyyah marirah (pengalaman-pengalaman riil yang pahit), dan

Ibtila-at syaqqah mudhonniyah (ujian-ujian yang berat dan meletihkan); yang tetap disertai pengarahan untuk mengambil pelajaran dari berbagai pengalaman dan ujian ini.

Di dalam semua usaha di atas termanifestasi ri’ayah ilahiyah (maintenance ilahi) terhadap jama’ah pilihan – atas dasar pengetahuan – untuk memikul amanah terbesar ini dan merealisasikan kehendak Allah di muka bumi.

Padahal, pada jama’ah ini terdapat:

Al-Fadha-il al-kaminah (berbagai keutamaan), dan

Alisti’dadat al-maknunah (potensi-potensi yang tersimpan) di dalam generasi tersebut.

Di samping terdapat al-ahwal al-muhayya-ah (berbagai situasi dan kondisi yang disiapkan untuknya).

Dengan ini semua, cahaya yang mengagumkan itu memancar dalam sejarah manusia; dan terealisir-lah hakikat yang tampak dari jauh seolah-olah mimpi yang mengepak-ngepak di dalam hati, atau mimpi-mimpi yang melayang-layang di dalam imajinasi!

(Sayyid Qutb, Fi Zhilal Al-Qur’an, jilid VI hal. 3337)

…….

Dalam kalimat di atas, Sayyid Qutb –rahimahullah- menjelaskan bagaimana jama’ah Sahabat Nabi Muhammad SAW terjadi pada waktu itu.

Ada empat bagian yang disorot oleh Sayyid Qutb –rahimahullah.

Pertama: Jerih payah dan usaha nabi Muhammad SAW sebagai murabbi yang dikerahkan dalam mentarbiyah mereka.

Kedua: Aspek ri’ayah ilahiyah.

Ketiga: Potensi para sahabat nabi itu sendiri.

Keempat: Situasi dan Kondisi.
Artinya, terjadinya jama’ah sahabat nabi Muhammad SAW (jama’ah yang menakjubkan dalam sejarah umat manusia) terjadi karena:

Pertama: Ada faktor ri’ayah ilahiyah (maintenance ilahi).

Kedua: Potensi dan fadhail sahabat yang luar biasa.

Ketiga: Situasi dan kondisi yang telah disiapkan sedemikian rupa oleh Allah SWT.

Keempat: Sosok sang murabbi, yaitu Rasulullah SAW.
Meskipun demikian lengkap dan dahsyat faktor yang melingkupi terbentuk dan terlahirkannya jama’ah sahabat, namun, tetap saja, mereka memerlukan tarbiyah yang:

Tumbuh secara alami, dan
Pelan-pelan, sebagaimana pohon yang menjulang dan menghunjam akarnya itu tumbuh.

Perkembangannya memakan waktu yang lazim, sebagaimana ia
Memerlukan al-juhd (jerih payah) yang:

Al-Maushul (kontinyu),

Ats-Tsabit (Tetap), dan

Al-Muththarid (Konstan) demi perkembangan ini.
Ia memerlukan:

Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),

Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan

Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:

Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),

Tasydzib (memangkas yang kelebihan),

Taujih (pengarahan),

Daf’ (mendorong, memotivasi),

Taqwiyah (penguatan), dan

Tatsbit (peneguhan).

Ia memerlukan:

Tajarib waqi’iyyah marirah (pengalaman-pengalaman riil yang pahit), dan Ibtila-at syaqqah mudhonniyah (ujian-ujian yang berat dan meletihkan); yang tetap disertai pengarahan untuk mengambil pelajaran dari berbagai pengalaman dan ujian ini.

Lalu bagaimana dengan keinginan kita untuk memunculkan generasi baru yang akan memikul amanah da’wah ini?

Tentu, berbagai hal yang diperlukan lebih besar dan lebih hebat lagi, dan yang terpenting:

Perjalanan da’wah dan tarbiyah kita masih panjang, karenanya:
Jangan terburu-buru, serta, jangan lupa, sekali lagi, pada:

Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),

Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan

Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:

Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),

Tasydzib (memangkas yang kelebihan),

Taujih (pengarahan),

Daf’ (mendorong, memotivasi),

Taqwiyah (penguatan), dan

Tatsbit (peneguhan).

Semoga perenungan ini ada manfaatnya fid-din wad-dun-ya wal akhirah.

Oleh Ustadz Musyafa Ahmad Rahim 
      Jama’ah ideal yang pernah ada secara nyata di suatu fase sejarah ini:

      1. Tidak tumbuh dengan tiba-tiba;

      2. Tidak ada secara kebetulan;

      3. Tidak diciptakan dalam sehari semalam. Begitu pula

      4. Tidak muncul dari hasil sebuah anugerah yang mengubah watak segala sesuatu dalam sekejap atau sekilas.

      Namun, ia…

      Tumbuh secara alami, dan Pelan-pelan, sebagaimana pohon yang menjulang dan menghunjam akarnya itu tumbuh.

      Perkembangannya memakan waktu yang lazim, sebagaimana ia
      Memerlukan al-juhd (jerih payah) yang:

      Al-Maushul (kontinyu),

      Ats-Tsabit (Tetap), dan

      Al-Muththarid (Konstan)

      demi perkembangan ini.Ia memerlukan:

      Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),

      Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan

      Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:

      Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),

      Tasydzib (memangkas yang kelebihan),

      Taujih (pengarahan),

      Daf’ (mendorong, memotivasi),

      Taqwiyah (penguatan), dan

      Tatsbit (peneguhan).

      Ia memerlukan:

      Tajarib waqi’iyyah marirah (pengalaman-pengalaman riil yang pahit), dan

      Ibtila-at syaqqah mudhonniyah (ujian-ujian yang berat dan meletihkan); yang tetap disertai pengarahan untuk mengambil pelajaran dari berbagai pengalaman dan ujian ini.

      Di dalam semua usaha di atas termanifestasi ri’ayah ilahiyah (maintenance ilahi) terhadap jama’ah pilihan – atas dasar pengetahuan – untuk memikul amanah terbesar ini dan merealisasikan kehendak Allah di muka bumi.

      Padahal, pada jama’ah ini terdapat:

      Al-Fadha-il al-kaminah (berbagai keutamaan), dan

      Alisti’dadat al-maknunah (potensi-potensi yang tersimpan) di dalam generasi tersebut.

      Di samping terdapat al-ahwal al-muhayya-ah (berbagai situasi dan kondisi yang disiapkan untuknya).

      Dengan ini semua, cahaya yang mengagumkan itu memancar dalam sejarah manusia; dan terealisir-lah hakikat yang tampak dari jauh seolah-olah mimpi yang mengepak-ngepak di dalam hati, atau mimpi-mimpi yang melayang-layang di dalam imajinasi!

      (Sayyid Qutb, Fi Zhilal Al-Qur’an, jilid VI hal. 3337)

      …….

      Dalam kalimat di atas, Sayyid Qutb –rahimahullah- menjelaskan bagaimana jama’ah Sahabat Nabi Muhammad SAW terjadi pada waktu itu.

      Ada empat bagian yang disorot oleh Sayyid Qutb –rahimahullah.

      Pertama: Jerih payah dan usaha nabi Muhammad SAW sebagai murabbi yang dikerahkan dalam mentarbiyah mereka.

      Kedua: Aspek ri’ayah ilahiyah.

      Ketiga: Potensi para sahabat nabi itu sendiri.

      Keempat: Situasi dan Kondisi.
      Artinya, terjadinya jama’ah sahabat nabi Muhammad SAW (jama’ah yang menakjubkan dalam sejarah umat manusia) terjadi karena:

      Pertama: Ada faktor ri’ayah ilahiyah (maintenance ilahi).

      Kedua: Potensi dan fadhail sahabat yang luar biasa.

      Ketiga: Situasi dan kondisi yang telah disiapkan sedemikian rupa oleh Allah SWT.

      Keempat: Sosok sang murabbi, yaitu Rasulullah SAW.
      Meskipun demikian lengkap dan dahsyat faktor yang melingkupi terbentuk dan terlahirkannya jama’ah sahabat, namun, tetap saja, mereka memerlukan tarbiyah yang:

      Tumbuh secara alami, dan
      Pelan-pelan, sebagaimana pohon yang menjulang dan menghunjam akarnya itu tumbuh.

      Perkembangannya memakan waktu yang lazim, sebagaimana ia
      Memerlukan al-juhd (jerih payah) yang:

      Al-Maushul (kontinyu),

      Ats-Tsabit (Tetap), dan

      Al-Muththarid (Konstan) demi perkembangan ini.
      Ia memerlukan:

      Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),

      Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan

      Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:

      Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),

      Tasydzib (memangkas yang kelebihan),

      Taujih (pengarahan),

      Daf’ (mendorong, memotivasi),

      Taqwiyah (penguatan), dan

      Tatsbit (peneguhan).

      Ia memerlukan:

      Tajarib waqi’iyyah marirah (pengalaman-pengalaman riil yang pahit), dan Ibtila-at syaqqah mudhonniyah (ujian-ujian yang berat dan meletihkan); yang tetap disertai pengarahan untuk mengambil pelajaran dari berbagai pengalaman dan ujian ini.

      Lalu bagaimana dengan keinginan kita untuk memunculkan generasi baru yang akan memikul amanah da’wah ini?

      Tentu, berbagai hal yang diperlukan lebih besar dan lebih hebat lagi, dan yang terpenting:

      Perjalanan da’wah dan tarbiyah kita masih panjang, karenanya:
      Jangan terburu-buru, serta, jangan lupa, sekali lagi, pada:

      Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),

      Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan

      Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:

      Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),

      Tasydzib (memangkas yang kelebihan),

      Taujih (pengarahan),

      Daf’ (mendorong, memotivasi),

      Taqwiyah (penguatan), dan

      Tatsbit (peneguhan).

      Semoga perenungan ini ada manfaatnya fid-din wad-dun-ya wal akhirah.

      Oleh Ustadz Musyafa Ahmad Rahim

      HATI-HATI PENGEMIS MODERN!

      Perhatian sebelum membaca! >>> Shohiih tidaknya berita ini, mari kita konfirmasi ke Indomaret terdekat!


       
      ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
      █▓▒░► HATI-HATI PENGEMIS MODERN!◄░▒▓█
      ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

      Info dari teman;

      Kemaren saya belanja di Indomart. Terus abis bayar, kasirnya tanya secara otomatis (sepertinya sudah menjadi prosedur standar): "Apa sisa uang receh mau disumbangkan ke badan sosial?"

      Teman saya jawab: "Ya", karena dia pikir cuma recehan. Tapi dia iseng becanda tanya: "Sumbang ke mana mbak? Ke gereja yah?"

      Dijawab: "Iya."

      "Lho yang bener aja, ke badan sosial apa?", tanya teman saya lagi.

      "GKI", katanya.

      Kurang ajar, teman saya bilang: "Saya ISLAM. Balikin recehan saya tadi!"

      Coba kalian bayangin berapa juta per bulan gereja dapat dari ribuan Indomart (tidak menutup kemungkinan super/mini market lain). Saya yakin banyak yang tidak tahu akan hal ini karena tidak mau repot bertanya atau kasir sengaja tidak kasih tahu (atau bahkan kasir memang tidak tahu, bisa jadi hanya bosnya yang tahu).

      So, kasih tahu yang lain agar hati-hati!

      ***

      FYI >>> Indomaret walaupun sebagai franchise menjadi milik perorangan ternyata tetap membuat aturan pusat. Dan pusatnya tetap milik Hary Tanoe yang modalnya dari George Soros.

      Tiap minggu pagi ada kebaktian di MNC Tower. (Info dari jurnalist SINDO).

      Ini namaya penipuan.

      Kurang ajarnya, mereka mancela para peminta sumbangan (untuk mesjid) yang biasa ada di Jl. Raya.

      Namun mereka tanpa malu-malu menipu konsumen muslim dengan cara-cara yang keji.

      Mari sebarkan info ini kepada semua Muslim agar hati-hati!


      Copas dari tetangga jauh

      ~::*SANDAL JEPIT ISTRIKU*::~


      Selera makanku mendadak punah.

      Hanya ada rasa kesal dan jengkel yg memenuhi kepala ini. Duh ....

      betapa tidak gemas ,dalam keadaan lapar yg memuncak seperti ini,makanan yg tersedia tidak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop ini rasanya manis bak kolak pisang,

      sedang perkedelnya asin nggak ketulungan. ''Ummi...Ummii,kapan kau dapat masak dgn benar?

      .....Selalu saja, kalau tak keasinan... kemanisan, kalau tak keaseman...ya kepedesan!

      '' Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tidak mennggerutu. ''Sabar bi.....,

      Rosulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul...?'' Ucap isrtiku kalem. ''Iya...tapi Abikan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini....!'' Jawabku dengan nada tinggi. Mendengar ucapanku yang benada emosi,

      kulihat itriku menundukan kepaa dalam-dalam.

      Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya sudah merebak.

      Sepekan sudah aku keluar kota. Dan tentu,

      ketika pulang benak ini penuh dgn jumput-jumput harapan untuk menemukan ''baiti jannat'' di rumahku.

      Namun apa yang terjadi....? Ternyata kenyataan tidak sesuai dengan yang kuimpikan.

      Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling.

      Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal burak ( pecah).

      Pakaian bersih yang belum di setrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta pora di dapur, dan cucian.... ouwww.... berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari di rendam dengan detergent tapi tak juga di cuci.

      Melihat keadaan seperti itu aku hanya bisa ber istighfar sambil mengurut dada. ''Ummi....ummi,

      bagaimana abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini.....?

      '' Ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala.

      ''Ummi....istri sholehat itu tak hanya pandai ngisi pengajian,

      tapi dia juga harus pandai dalam mengatur segala sesuatu urusan rumah tangga.

      Harus bisa masak, nyetrika, nyci, jait baju,beresin rumah....?

      '' Belum sempet kata-kataku habis sudah terdenga ledakan tangis istriku yang kelihatan begitu pilu.

      ''Ahh..... wanita gampang sekali untuk menangis....'' batinku berkata dalam hati. '' Sudah diam Mi,

      tak boleh cengeng.

      Katanya mau jadi istri shalehat...? Isrti shalehat itu tidak cengeng,'' bujukku hati-hati setelah melihat airmatanya menganak sungai di pipinya. ''Gimana nggak nangis! Baru aja pulang udah ngomel-ngomel terus.

      Rumah ini berantakan karena memang ummi tak bisa mengerjakan apa-apa.

      jangankan untuk kerja, untuk jalan aja susah. Ummi kan muntah-muntah terus,

      ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali,'' ucap isriku di selingi isak tangis. '' Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang hamil muda.... ''

      Ucap isrtiku lagi, sementara air matanya kulihat tetep merebak

      ''Bii.... siang nanti antar Ummiii ngaji ya...?'' pinta istriku. ''Aduh, Mi... abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri aja ya?'' ucapku. ''Ya sudah,kalau Abi sibuk, Ummi naik bis umum saja,

      mudah-mudahan nggak pingsan di jalan,'' jawab isrtiku. ''Lho, kok bilang giti...?'' selaku. ''Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi di tambah berdesak-desakan di dalam bus dengan suasana panas menyengat.

      Tapi mudah-mudahan sih nnggak kenapa-kenapa,''Ucap istriku lagi ''Ya sudah, naik bajai saja,'' jawabku ringan.

      Pertemuan hari ini ternyata di undur pekan depan.

      Kesempatan waktu luang ini ku gunakan untuk menjemput istriku.

      Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindi padanya.

      Motorku sudah sampai di tempat istriku mengaji.

      Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai.

      Ku perhatikan sepatu yang brejumlah delapan pasang itu satu persatu.

      Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal.

      ''Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu,'' aku membathin sendiri.

      Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sandal jepit yang di apit sepasng sepatu indah.

      Dug! Hati ini menjadiluruh. ''Oh......bukankah ini sandal jepit istriku?''tanya hatiku.

      Lalu segera ku ambil sandal jepit kumalyang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tak terasa.

      Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah menperhatikan istriku.

      Sampai-sampai kemana ia pergi harusbersandal jepit kumal.

      Sementara teman-temannya bersepatu bagus. ''Maafkan aku Maryam'',pinta hatiku

      ''Krek....'' suara pintu terdengar di buka.Aku terlonjak,

      lantas menyelinap ketembok samping.

      Ku lihat dua Ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjlbab indah nan cerah,

      secerah warna baju dan jilbab Umminya.

      Beberap menit setelah kepergian dua Ukhti itu, kembali melintas Ukhti-ukhti yang lain.

      Namun, belum juga kutemukan Maryam ku.

      Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi istriku belum juga keluar.

      Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berbaya gelap dan berjilbab hitam melintas.

      ''Ini dia mujahidahku!'' pekik hatiku.

      Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja.

      Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah,

      ia hanya memakai baju warnagelap yang sudah lusuh pula warnanya.

      Diam-daim hatiku kembali di rayapai perasaan derdosa karena selama ini kurang memperhatikan istri.

      Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya.

      Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan istriku,

      padahal di balik semua itu begitu banyk kelebihanmu,

      Wahai Maryamku.

      Aku benar-benar menjadi malu pada Alllah dan Rosul-Nya.

      Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang istriku tak pernah ku urusi.

      Padahal Rosul telah berkata; ''Yang terbaik diantara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya.''

      Sedang aku...?Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Alllah menyuruh para sumi agar menggauli istrinya dengan baik.

      Sedang aku...? terlalu sering mgomel dan menuntut istri dengan sesuatu yang ia tak mampu melakukannya.

      Aku benar-benar merasa nenjadi suami terdzolim!!!

      ''Maryam....!'' panggilku, ketika tubuh berbaya gelap itu melintas.

      Tubuh itu lantas membalik kearahku, pandangan matanya menunjukan ketidak percayaan atas

      kehadiranku di tempat ini.

      Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum.
      Senyum bahagia. ''Abi....!'' bisiknya pelan dan girang.
      Sungguh, aku baru melihat istriku segirang ini.

      ''Ah, kenapa tidak dari dulu ku lakukan menjemput istriku?'' sesal hatiku..

      Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk istriku.

      Ketika tahu hal itu, senyum bahagia senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. ''Alhamdulillah....Jazakal​lahu...,'' ucapnya dengan suara tulus.

      Ah, Maryam, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu.

      Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh istri zuhud dan 'iffah sepertimu....

      Kenapa baru sekarang pula ku tau betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku...


                                                 %%%%%%%%%%%%%%

      Sunday, April 14, 2013

      10 Rupiah Membuat Anda Mengerti Cara Bersyukur

      Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.
      Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"

      Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami
      tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!"

      Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"
      Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.


      kisah inspirasi
      Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.
      Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.

      Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: "Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah... Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"

      Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, "Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga....!"
      Deggg...!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.

      Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya.

      Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!"

      Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Budiman kemudian melanjutkan kalimatnya:
      "Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!

      Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.

      Bu..., aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah."

      Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap lalai atas segala nikmat-Mu

      kisah diambil dari http:myquran.org

      MATIKAN HP DI DALAM PESAWAT!! Rakyat High-Class, Tapi .....

       
       
      Saya sedih mendengar terbakarnya pesawat Garuda, GA 200 pada tanggal 7 Maret 2007, pukul 07.00 pagi, jurusan Jakarta-Yogyakarta di Bandara Adisucipto. Kejadian itu sungguh menyayat hati dan perasaan.

      Kemudian saya teringat beberapa bulan yang lalu terbang ke Batam dengan menggunakan pesawat Garuda juga. Di dalam pesawat duduk disamping saya seorang warga Jerman. Pada saat itu dia merasa sangat gusar dan terlihat marah, karena tiba-tiba mendengar suara handphone tanda sms masuk dari salah satu penumpang, dimana pada saat itu pesawat dalam posisi mau mendarat. Orang ini terlihat ingin menegur tetapi tidak berdaya karena bukan merupakan tugasnya.

      Langsung saya tanya kenapa tiba-tiba dia bersikap seperti itu, kemudian dia bercerita bahwa dia adalah manager salah satu perusahaan industri, dimana dia adalah supervisor khusus mesin turbin. Saat dia melaksanakan tugasnya tiba-tiba mesin turbin mati, setelah diselidiki ternyata ada salah satu petugas sedang menggunaka HP didalam ruangan mesin turbin.

      Orang Jerman ini menjelaskan bahwa apabila frekwensi HP dengan mesin turbin ini kebetulan sama dan sinergi ini akan berakibat mengganggu jalannya turbin tersebut, lebih fatal lagi berakibat turbin bisa langsung mati.

      Cerita ini langsung saya kaitkan dengan peristiwa diatas, kalau saya tidak salah mendengar mesin pesawat tiba-tiba mati pada saat mau mendarat. Mudah- mudan peristiwa ini bukan akibat HP penumpang. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk masyarakat yang sering bepergian dengan pesawat.(KOMPAS)

      Rakyat kita ini memang High class.. Handphone nya Mahal, Transportasi pake pesawat. Tapi bodohnya gk ketulungan. Ada yang gk tau kenapa larangan itu dibuat, ada yang tau tapi tetap gk peduli.. Orang indonesia harus selalu belajar dengan cara yang keras.
      Buat yang belum tahu, kenapa gak boleh menyalakan Handphone di pesawat, berikut penjelasannya:

      Sekedar untuk informasi saja, mungkin rekan-rekan semua sudah mendengar berita mengenai kecelakaan pesawat yang baru "take-off" dari Lanud Polonia -Medan. Sampai saat ini penyebab kejadian tersebut belum diketahui dengan pasti.

      Mungkin sekedar sharing saja buat kita semua yang memiliki dan menggunakan ponsel/telpon genggam atau apapun istilahnya.. Ternyata menurut sumber informasi yang didapat dari ASRS (Aviation Safety Reporting System) bahwa ponsel mempunyai kontributor yang besar terhadap keselamatan penerbangan. Sudah banyak kasus kecelakaan pesawat terbang yang terjadi akibatkan oleh ponsel. Mungkin informasi dibawah ini dapat bermanfaat untuk kita semua, terlebih yang sering menggunakan pesawat terbang.

      Contoh kasusnya antara lain:

      Pesawat Crossair dengan nomor penerbangan LX498 baru saja "take-off" dari bandara Zurich, Swiss. Sebentar kemudian pesawat menukik jatuh. Sepuluh penumpangnya tewas. Penyelidik menemukan bukti adanya gangguan sinyal ponsel terhadap sistem kemudi pesawat.

      Sebuah pesawat Slovenia Air dalam penerbangan menuju Sarajevo melakukan pendaratan darurat karena sistem alarm di kokpit penerbang terus meraung-raung. Ternyata, sebuah ponsel di dalam kopor dibagasi lupa dimatikan, dan menyebabkan gangguan terhadap sistem navigasi.

      Boeing 747 Qantas tiba-tiba miring ke satu sisi dan mendaki lagi setinggi 700 kaki justru ketika sedang "final approach" untuk "landing" di bandara Heathrow, London. Penyebabnya adalah karena tiga penumpang belum mematikan komputer, CD player, dan electronic game masing-masing (The Australian, 23-9-1998).

      Seperti kita tahu di Indonesia? Begitu roda-roda pesawat menjejak landasan, langsung saja terdengar bunyi beberapa ponsel yang baru saja diaktifkan.

      Para "pelanggar hukum" itu seolah-olah tak mengerti, bahwa perbuatan mereka dapat mencelakai penumpang lain, disamping merupakan gangguan (nuisance) terhadap kenyamanan orang lain.

      Dapat dimaklumi, mereka pada umumnya memang Belem memahami tatakrama menggunakan ponsel, disamping juga belum mengerti bahaya yang dapat ditimbulkan ponsel dan alat elektronik lainnya terhadap sistem navigasi dan kemudi pesawat terbang. Untuk itulah ponsel harus dimatikan, tidak hanya di-switch agar tidak berdering selama berada di dalam pesawat.

      Berikut merupakan bentuk ganguan-gangguan yang terjadi di pesawat: Arah terbang melenceng, Indikator HSI (Horizontal Situation Indicator) terganggu, Gangguan penyebab VOR (VHF Omnidirectional Receiver) tak terdengar, Gangguan sistem navigasi, Gangguan frekuensi komunikasi, Gangguan indikator bahan bakar,Gangguan sistem kemudi otomatis, Semua gangguan diatas diakibatkan oleh ponsel, sedangkan gangguan lainnya seperti Gangguan arah kompas komputer diakibatkan oleh CD & game Gangguan indikator CDI (Course Deviation Indicator) diakibatkan oleh gameboy. Semua informasi diatas adalah bersumber dari ASRS.

      Dengan melihat daftar gangguan diatas kita bisa melihat bahwa bukan saja ketika pesawat sedang terbang, tetapi ketika pesawat sedang bergerak di landasan pun terjadi gangguan yang cukup besar akibat penggunaan ponsel.

      Kebisingan pada headset para penerbang dan terputus-putusnya suara mengakibatkan penerbang tak dapat menerima instruksi dari menara pengawas dengan baik.

      Untuk diketahui, ponsel tidak hanya mengirim dan menerima gelombang radio melainkan juga meradiasikan tenaga listrik untuk menjangkau BTS (Base Transceiver Station). Sebuah ponsel dapat menjangkau BTS yang berjarak 35 kilometer. Artinya, pada ketinggian 30.000 kaki, sebuah ponsel bisa menjangkau ratusan BTS yang berada dibawahnya. (Di Jakarta saja diperkirakan ada sekitar 600 BTS yang semuanya dapat sekaligus terjangkau oleh sebuah ponsel aktif di pesawat terbang yang sedang bergerak di atas Jakarta).(Varis/ pertamina)

      Sebagai mahluk modern, sebaiknya kita ingat bahwa pelanggaran hukum adalah juga pelanggaran etika. Tidakkah kita malu dianggap sebagai orang yang tidak peduli akan keselamatan orang lain, melanggar hukum, dan sekaligus tidak tahu tata krama?

      Sekiranya bila kita naik pesawat, bersabarlah sebentar. Semua orang tahu kita memiliki ponsel. Semua orang tahu kita sedang bergegas. Semua orang tahu kita orang penting. Tetapi, demi keselamatan sesama, dan demi sopan santun menghargai sesama, janganlah mengaktifkan ponsel selama di dalam pesawat terbang.

      Semoga suatu hari rakyat kita bisa sedikit lebih pintar.


      Wassalam
      Erva Kurniawan
      Direktorat Pesisir dan Lautan, Ditjen KP3K
      Departemen Kelautan dan Perikanan
      Jl. Merdeka Timur 16 Jak Pus 10110 Telp 021 3519070 (1044) Fax. 021 3522059
      HP. 08179488718

      Wednesday, April 10, 2013

      Berlomba-lomba Memuliakan Pasangan


      JIKA ada yang bertanya, siapakah pasangan suami istri paling bahagia, maka jawabnya adalah Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallam bersama Sayyidah Khadijah radhiyallahu anha. 


      Sekalipun Muhammad ketika itu lebih muda, mantan karyawannya, dan tidak memiliki kekayaan seperti dirinya, Khadijah tetap memuliakan, menghormati bahkan mentaati Muhammad sebagai suaminya dengan sepenuh hati.


      Khadijah sering sekali meneguhkan pendirian Muhammad, menghibur dan memuliakannya. “Engkau adalah manusia yang paling jujur di bumi ini wahai suamiku, engkau tidak pernah membalas kecuali kebaikan, meskipun engkau menerima keburukan dan penderitaan. 

      Bahkan, engkau tidak pernah memutus tali persaudaraan. Sungguh aku yakin, engkau adalah suamiku yang akan menerangi kehidupan ini,” demikianlah ungkap Khadijah dalam suatu kesempatan.

      Demikian pula Muhammad, sekalipun istrinya jauh lebih tua dan janda dari beberapa suami, Muhammad sangat-sangat memuliakan Khadijah sebagai istrinya. Pernah suatu ketika, Aisyah cemburu tidak suka Nabi menyebut nama Khadijah, Nabi pun menjelaskan bahwa Khadijah adalah istri yang paling dimuliakannya.

      “Dia menerimaku pada saat orang mendustakanku. Dia yang memuliakanku pada saat semua orang menghinakanku. Dia telah menyerahkan seluruh hartanya demi dakwah ini. Bahkan dia pula yang melahirkan anak-anakku,” demikian kenang Nabi sebagai bentuk hormat dan kasih yang mendalam beliau yang mulia kepada istri pertamanya Khadijah radhiyallahu anha.

      Khadijah menemani hidup Nabi selama 25 tahun sampai dirinya berpulang 3 tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Meninggalnya Khadijah membuat Nabi berduka sehingga tahun wafatnyanya dinamai oleh Nabi dengan ‘Am Al-huzni' (tahun duka cita). Khadijah adalah istri yang paling di cintai Nabi sehingga sampai sekian lama setelah ketiadaannya Nabi senantiasa menyebut namanya, hal itu pernah membuat ‘Aisyah cemburu.

      Akar Kebahagiaan
       
      Sikap saling memuliakan adalah akar kebahagiaan. Sikap tersebut tidak akan muncul kecuali suami istri benar-benar mengamalkan ajaran Islam. Oleh karena itu, sudah seharusnya, seluruh rumah tangga Muslim bersegera untuk memperbaiki kondisi keluarganya dengan bersegera untuk saling memuliakan antara suami dan istri.

      Ibn Abbas radhiyallahu anhu adalah sosok sahabat yang sangat mengerti bagaimana cara memuliakan istrinya. Dia berkata, “Aku sungguh senang berdandan untuk istriku, sebagaimana aku senang jika dia berdandan untukku, karena Allah Ta’ala berfirman;

      وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
      “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.” (QS: al Baqarah [2]: 228).

      Sungguh tak elok, jika seorang suami hanya menuntut istrinya berdandan, sementara dirinya tidak memperhatikan dandanannya. Adalah suatu kebaikan suami istri saling bersikap ramah, lemah lembut, penuh kasih, melayaninya dengan sebaik-baik pelayanan dan saling memuji serta saling mendoakan.
       
      Dengan cara seperti itu, Insya Allah istri akan bangga kepada suami begitu juga sebaliknya. Bahkan jika sang istri menemui ajal lebih dahulu dari suami, sementara suami ridha dengan sikap dan perilaku istrinya selama bersamanya, maka surga sudah siap menjemputnya.
       
      Rasulullah bersabda, “Setiap istri yang meninggal, dan suaminya ridha, maka dia akan masuk surga.” (HR:Tirmidzi).

      Dengan demikian, jika suami istri ingin langgeng pernikahannya, berhasil mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah, bahkan bisa melahirkan generasi kebanggaan, maka sudah seharusnya setiap pasangan menanam dalam-dalam akar kebahagiaan ini, yaitu saling memuliakan antara istri dan suami.
       
      Seperti itulah yang juga dicontohkan oleh Ashim bin Umar bin Khaththab ketika menikah dengan gadis miskin penjual susu. Ashim tidak melihat istrinya dari status sosialnya, tetapi dari ketakwaannya yang telah mempesona sang ayah, sehingga memerintahkan Ashim untuk menikah dengannya.

      Ashim pun memuliakan istrinya dengan sebaik-baiknya hingga akhirnya lahirlah putri mereka yang diberi nama Laila yang kemudian dikenal sebagai Ummu Ashim. Ummu Ashim pun kemudian dinikahi oleh Abdul Aziz bin Marwan, sampai akhirnya lahirlah seorang cucu yang ketika besarnya menjadi kebanggaan umat Islam, Umar bin Abdul Aziz.
       

      Resep Kebahagiaan
       
      Adalah idaman siapapun, pernikahannya menjadi pernikahan yang berkah dunia akhirat. Dan, saling memuliakan antara suami dan istri adalah akar dari terwujudnya dambaan tersebut.
       
      Atas halitu Asma ibn Kharijah memberi nasehat yang sangat bagus kepada putrinya pada saat melangsungkan pernikahannya.

      “Wahai anakku, sesungguhnya engkau telah keluar dari kehidupan yang engkau jalani menuju ke peraduan yang tidak engkau kenali sebelumnya dan hidup bersama dengan orang yang sebelumnya tidak engkau kenal.

      Maka jadilah engkau sebagai bumi bagi suami niscaya dia akan menjadi langit bagimu, jadilah engkau sebagai tempat tidur baginya niscaya dia menjadi tiang penyanggamu. Jadilah engkau sebagai seorang hamba sahaya wanitanya, niscaya dia akan menjadi soerang hamba sahaya laki-lakimu. 

      Janganlah engkau menjauh darinya hingga ia akan melupakanmu, kalau ia memanggilmu, maka dekatilah ia, jagalah penciuman, pendengaran dan matanya. Ia tidak akan mencium apapun darimu kecuali yang indah.”

      Jika demikian, tunggu apalagi, mari berlomba-lomba memuliakan pasangan kita. Insya Allah kebahagiaan akan menyertai kita, bahkan kehadiran generasi (anak-anak) penuh iman dan takwa akan mendampingi kehidupan kita hari 
      ini dan kelak di akhirat. Semoga.*/Imam Nawawi

       


      Senda Gurau Suami Istri


      Suatu Ketika Seorang Istri bertanya kepada suaminya

      Istri : “Wahai Suamiku, adakah wanita lain yang lebih cantik daripada diriku?”

      Suami : “Aku Tidak tahu”

      Sang Istri pun bertanya kembali

      Istri : “Wahai Suamiku, adakah wanita lain yang lebih baik daripada diriku?”
       
      Suami : “Aku Tidak tahu”


      Sang Istri pun geram dengan jawaban sang suami

      Istri : “Wahai suamiku, mengapa engkau selalu menjawab tidak tahu?"

      Suami : “Wahai Istriku, ibu dari anak-anakku, Bagaimana aku tahu dan bagaimana aku bisa sibuk dengan wanita lain sedangkan di hadapanku ada seorang bidadari yang rupawan yang mampu membuat hatiku tertawan dengan akhlaqnya yang menawan.

      Ketahuilah istriku, kiranya raja tak akan sempurna tanpa seorang ratu, maka begitupun diriku tak akan sempurna tanpa kehadiranmu di sisiku.”

      Istri : (tersenyum dan tertunduk malu)


                                                        ****************************

      Saturday, April 6, 2013

      Pakai Rok Panjang dan Bandana, Siswi Muslim Prancis Disingkirkan Sumber


       siswi muslim

      Prancis.Keluarga seorang siswi Muslim yang dipisahkan dari teman-teman sekelasnya karena mengenakan asesoris kepala dan rok panjang, akan mengajukan gugatan hukum atas sekolah putrinya dengan alasan diskriminasi dan pelecehan agama.
       
      Dilansir France24 Jumat (5/4/2013), seorang remaja perempuan Muslim murid sebuah sekolah di Villiers-sur-Marne mengenakan asesoris kepala berupa bandana selebar 5cm dan rok panjang yang menutupi celana panjang di bawahnya. Para guru di sekolah yang terletak di tenggara kota Paris itu menganggapnya sebagai tindakan pelanggaran. Pasalnya, negara Prancis melarang simbol-simbol agama, seperti kerudung Muslim dan salib Kristen, dipakai di lingkungan sekolah.

      Siswi Muslim itu kemudian disingkirkan dari kelasnya sepanjang jam sekolah. Dia dipaksa menempati ruangan terpisah, sendirian mengerjakan tugas-tugas dari guru, karena menolak mengubah pakaiannya.

      Pada pertengahan Maret lalu pengadilan setempat menyatakan, pengasingan siswi Muslim itu dari kehidupan normal sekolah adalah melanggar hukum dan memerintahkan agar dia dikembalikan ke tempatnya semula bersama teman-temannya.

      Kepada para wartawan ibu remaja berusia 15 tahun tersebut berkata, “Dia mengenakan bandana yang lebarnya hanya 5cm dan rok panjang, dan pihak sekolah menyatakannya sebagai simbol-simbol agama. Sungguh pernyataan yang tidak masuk di akal.”

      Keluarga gadis itu, dengan dukungan dari Asosiasi anti-Islamophobia Prancis (CCIF), mengatakan akan mengajukan tuntutan hukum terhadap sekolah atas diskriminasi dan pelecehan yang dilakukan lembaga pendidikan tersebut. (af/hdt)

      Thursday, April 4, 2013

      "Ketika Cinta Ber-Tajwid"


      Saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan saktah. hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar.

      Aku di matamu mungkin bagaikan nun mati di antara idgham billagunnah, terlihat tapi dianggap tak ada.

      Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar, jelas dan terang.

      Jika mim mati bertemu ba disebut ikhfa syafawi, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta.

      Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba - tiba semua itu seperti Idgham mutamaatsilain, melebur jadi satu.

      Cintaku padamu seperti Mad Wajib Muttasil, paling panjang di antara yang lainnya.

      Setelah kau terima cintaku nanti, hatiku rasanya seperti Qalqalah kubro, terpantul- pantul dengan keras.

      Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti Iqlab, ditandai dengan dua hati yang menyatu.

      Sayangku padamu seperti mad thobi’i dalam Quran. Buanyaaakkk beneerrrrr :D

      Semoga dalam hubungan kita ini kayak idgham bilagunnah, cuma berdua, lam dan ro’.

      Layaknya waqaf mu’annaqah, engkau hanya boleh berhenti di salah satunya. DIA atau aku?

      Meski perhatianku tak terlihat seperti alif lam syamsiah, cintaku padamu seperti alif lam Qomariah, terbaca jelas.

      Kau dan aku seperti Idghom Mutaqorribain, perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan sifatnya.

      Aku harap cinta kita seperti waqaf lazim, berhenti sempurna di akhir hayat.

      Sama halnya dengan Mad ‘aridh dimana tiap mad bertemu lin sukun aridh akan berhenti, seperti itulah pandanganku ketika melihatmu.

      Layaknya huruf Tafkhim, namamu pun bercetak tebal di pikiranku.

      Seperti Hukum Imalah yang dikhususkan untuk Ro’ saja, begitu juga aku yang hanya untukmu.

      Semoga aku jadi yang terakhir untuk kamu seperti mad aridlisukun :D
      *sumber https://twitter.com/khodroou,PKS Piyungan


      Saat pertama kali membacanya,...wooow,...Subhanallah,...lalu teringat dengan perjuanganku dulu...

      Aku paling suka dengan tulisan ini Kreatif, inspiratif,penuh makna dan pembelajaran,Jadi teringat
      ketika berjuang mengambil Syahadah Qiroati(Tashih),penuh dengan suka duka,...dan akhirnya lulus juga.
      Banyak belajar dari memperjuangkannya,harus dengan keikhlasan dan hati yang bersih..................
      berangkat dari 10 orang tapi yang luslus 2 orang,maju lagi yang lulus 3 orang,tinggal 5 orang diantaranya adalah aku,ini adalah ujian kedua yang telah aku coba,... tapi aku ga pernah putus asa,sampai2 Ustadz Salam sang penguji bertanya pada kami"opo sampeyaan ndak bosen dan jenuh ?"..jawaban kami masih sama,...kami masih mencoba sampai Ustadz benar2 menyatakan kami layak untuk mendapatkan syahadah Qiroati,...

      Setiap hari mengulang,murajaah materinya berulang2 sampai orang serumah hafal yang namanya Saktah,Imalah,....dll deh...
      Yang paling ku ingat nasehat Ustadz..."Butuh kesabaran untuk mendapatkannya,...Dan Allahlah yang menentukan,.."
      Ketika gagal terkadang masih tidak terima koq ga lulus ya?...tapi hikmahnya mungkin Allah sedang menambah pahala bagiku dan teman2,menguji kesabaran dan keikhlasan kami,mengutkan ukhuwah kami,...sehingga kami menjadi  dekat,...

      Bayangkan setiap kali mau tes aku dan teman yang mempunyai baby harus membawanya,...terkadang mereka menangis bersamaan yang membuat kami tidak konsentrasi ketika diuji,...tapi kami tetap berusaha,...dan akhirnya lulus juga,...Alhamdulillah semua adalah pelajaran berharga bagi ku dan teman2 seperjuangan,..
      Setelah  selesai tes dan kami dinyatakan lulus kami masih belum beranjak karena tidak percaya,..akhirnya sang Ustadz bertanya"opo sampeyan ga rela kalau lulus,?? kami tersentak dan menjawab bersamaan "ngga  Ustadz"...hehehe ga kebayang mimik wajah kami pada saat itu,..lucu mungkin yaa...karena seharusnya menjawab"rela ustadz"....

      Pengalaman yang sangat berharga dalam hidupku,...
      Flower 53