Thursday, April 4, 2013

"Ketika Cinta Ber-Tajwid"


Saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan saktah. hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar.

Aku di matamu mungkin bagaikan nun mati di antara idgham billagunnah, terlihat tapi dianggap tak ada.

Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar, jelas dan terang.

Jika mim mati bertemu ba disebut ikhfa syafawi, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta.

Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba - tiba semua itu seperti Idgham mutamaatsilain, melebur jadi satu.

Cintaku padamu seperti Mad Wajib Muttasil, paling panjang di antara yang lainnya.

Setelah kau terima cintaku nanti, hatiku rasanya seperti Qalqalah kubro, terpantul- pantul dengan keras.

Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti Iqlab, ditandai dengan dua hati yang menyatu.

Sayangku padamu seperti mad thobi’i dalam Quran. Buanyaaakkk beneerrrrr :D

Semoga dalam hubungan kita ini kayak idgham bilagunnah, cuma berdua, lam dan ro’.

Layaknya waqaf mu’annaqah, engkau hanya boleh berhenti di salah satunya. DIA atau aku?

Meski perhatianku tak terlihat seperti alif lam syamsiah, cintaku padamu seperti alif lam Qomariah, terbaca jelas.

Kau dan aku seperti Idghom Mutaqorribain, perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan sifatnya.

Aku harap cinta kita seperti waqaf lazim, berhenti sempurna di akhir hayat.

Sama halnya dengan Mad ‘aridh dimana tiap mad bertemu lin sukun aridh akan berhenti, seperti itulah pandanganku ketika melihatmu.

Layaknya huruf Tafkhim, namamu pun bercetak tebal di pikiranku.

Seperti Hukum Imalah yang dikhususkan untuk Ro’ saja, begitu juga aku yang hanya untukmu.

Semoga aku jadi yang terakhir untuk kamu seperti mad aridlisukun :D
*sumber https://twitter.com/khodroou,PKS Piyungan


Saat pertama kali membacanya,...wooow,...Subhanallah,...lalu teringat dengan perjuanganku dulu...

Aku paling suka dengan tulisan ini Kreatif, inspiratif,penuh makna dan pembelajaran,Jadi teringat
ketika berjuang mengambil Syahadah Qiroati(Tashih),penuh dengan suka duka,...dan akhirnya lulus juga.
Banyak belajar dari memperjuangkannya,harus dengan keikhlasan dan hati yang bersih..................
berangkat dari 10 orang tapi yang luslus 2 orang,maju lagi yang lulus 3 orang,tinggal 5 orang diantaranya adalah aku,ini adalah ujian kedua yang telah aku coba,... tapi aku ga pernah putus asa,sampai2 Ustadz Salam sang penguji bertanya pada kami"opo sampeyaan ndak bosen dan jenuh ?"..jawaban kami masih sama,...kami masih mencoba sampai Ustadz benar2 menyatakan kami layak untuk mendapatkan syahadah Qiroati,...

Setiap hari mengulang,murajaah materinya berulang2 sampai orang serumah hafal yang namanya Saktah,Imalah,....dll deh...
Yang paling ku ingat nasehat Ustadz..."Butuh kesabaran untuk mendapatkannya,...Dan Allahlah yang menentukan,.."
Ketika gagal terkadang masih tidak terima koq ga lulus ya?...tapi hikmahnya mungkin Allah sedang menambah pahala bagiku dan teman2,menguji kesabaran dan keikhlasan kami,mengutkan ukhuwah kami,...sehingga kami menjadi  dekat,...

Bayangkan setiap kali mau tes aku dan teman yang mempunyai baby harus membawanya,...terkadang mereka menangis bersamaan yang membuat kami tidak konsentrasi ketika diuji,...tapi kami tetap berusaha,...dan akhirnya lulus juga,...Alhamdulillah semua adalah pelajaran berharga bagi ku dan teman2 seperjuangan,..
Setelah  selesai tes dan kami dinyatakan lulus kami masih belum beranjak karena tidak percaya,..akhirnya sang Ustadz bertanya"opo sampeyan ga rela kalau lulus,?? kami tersentak dan menjawab bersamaan "ngga  Ustadz"...hehehe ga kebayang mimik wajah kami pada saat itu,..lucu mungkin yaa...karena seharusnya menjawab"rela ustadz"....

Pengalaman yang sangat berharga dalam hidupku,...

No comments:

Post a Comment

Flower 53