Wednesday, April 17, 2013

JAMA'AH IDEAL IDAMAN PARA AKTIVIS DA'WAH


Foto: JAMA'AH IDEAL IDAMAN PARA AKTIVIS DA'WAH


Jama’ah ideal yang pernah ada secara nyata di suatu fase sejarah ini:

1. Tidak tumbuh dengan tiba-tiba;

2. Tidak ada secara kebetulan;

3. Tidak diciptakan dalam sehari semalam. Begitu pula

4. Tidak muncul dari hasil sebuah anugerah yang mengubah watak segala sesuatu dalam sekejap atau sekilas.

Namun, ia…

Tumbuh secara alami, dan Pelan-pelan, sebagaimana pohon yang menjulang dan menghunjam akarnya itu tumbuh.

Perkembangannya memakan waktu yang lazim, sebagaimana ia
Memerlukan al-juhd (jerih payah) yang:

Al-Maushul (kontinyu),

Ats-Tsabit (Tetap), dan

Al-Muththarid (Konstan) 

demi perkembangan ini.Ia memerlukan:

Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),

Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan

Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:

Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),

Tasydzib (memangkas yang kelebihan),

Taujih (pengarahan),

Daf’ (mendorong, memotivasi),

Taqwiyah (penguatan), dan

Tatsbit (peneguhan).

Ia memerlukan:

Tajarib waqi’iyyah marirah (pengalaman-pengalaman riil yang pahit), dan

Ibtila-at syaqqah mudhonniyah (ujian-ujian yang berat dan meletihkan); yang tetap disertai pengarahan untuk mengambil pelajaran dari berbagai pengalaman dan ujian ini.

Di dalam semua usaha di atas termanifestasi ri’ayah ilahiyah (maintenance ilahi) terhadap jama’ah pilihan – atas dasar pengetahuan – untuk memikul amanah terbesar ini dan merealisasikan kehendak Allah di muka bumi.

Padahal, pada jama’ah ini terdapat:

Al-Fadha-il al-kaminah (berbagai keutamaan), dan

Alisti’dadat al-maknunah (potensi-potensi yang tersimpan) di dalam generasi tersebut.

Di samping terdapat al-ahwal al-muhayya-ah (berbagai situasi dan kondisi yang disiapkan untuknya).

Dengan ini semua, cahaya yang mengagumkan itu memancar dalam sejarah manusia; dan terealisir-lah hakikat yang tampak dari jauh seolah-olah mimpi yang mengepak-ngepak di dalam hati, atau mimpi-mimpi yang melayang-layang di dalam imajinasi!

(Sayyid Qutb, Fi Zhilal Al-Qur’an, jilid VI hal. 3337)

…….

Dalam kalimat di atas, Sayyid Qutb –rahimahullah- menjelaskan bagaimana jama’ah Sahabat Nabi Muhammad SAW terjadi pada waktu itu.

Ada empat bagian yang disorot oleh Sayyid Qutb –rahimahullah.

Pertama: Jerih payah dan usaha nabi Muhammad SAW sebagai murabbi yang dikerahkan dalam mentarbiyah mereka.

Kedua: Aspek ri’ayah ilahiyah.

Ketiga: Potensi para sahabat nabi itu sendiri.

Keempat: Situasi dan Kondisi.
Artinya, terjadinya jama’ah sahabat nabi Muhammad SAW (jama’ah yang menakjubkan dalam sejarah umat manusia) terjadi karena:

Pertama: Ada faktor ri’ayah ilahiyah (maintenance ilahi).

Kedua: Potensi dan fadhail sahabat yang luar biasa.

Ketiga: Situasi dan kondisi yang telah disiapkan sedemikian rupa oleh Allah SWT.

Keempat: Sosok sang murabbi, yaitu Rasulullah SAW.
Meskipun demikian lengkap dan dahsyat faktor yang melingkupi terbentuk dan terlahirkannya jama’ah sahabat, namun, tetap saja, mereka memerlukan tarbiyah yang:

Tumbuh secara alami, dan
Pelan-pelan, sebagaimana pohon yang menjulang dan menghunjam akarnya itu tumbuh.

Perkembangannya memakan waktu yang lazim, sebagaimana ia
Memerlukan al-juhd (jerih payah) yang:

Al-Maushul (kontinyu),

Ats-Tsabit (Tetap), dan

Al-Muththarid (Konstan) demi perkembangan ini.
Ia memerlukan:

Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),

Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan

Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:

Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),

Tasydzib (memangkas yang kelebihan),

Taujih (pengarahan),

Daf’ (mendorong, memotivasi),

Taqwiyah (penguatan), dan

Tatsbit (peneguhan).

Ia memerlukan:

Tajarib waqi’iyyah marirah (pengalaman-pengalaman riil yang pahit), dan Ibtila-at syaqqah mudhonniyah (ujian-ujian yang berat dan meletihkan); yang tetap disertai pengarahan untuk mengambil pelajaran dari berbagai pengalaman dan ujian ini.

Lalu bagaimana dengan keinginan kita untuk memunculkan generasi baru yang akan memikul amanah da’wah ini?

Tentu, berbagai hal yang diperlukan lebih besar dan lebih hebat lagi, dan yang terpenting:

Perjalanan da’wah dan tarbiyah kita masih panjang, karenanya:
Jangan terburu-buru, serta, jangan lupa, sekali lagi, pada:

Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),

Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan

Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:

Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),

Tasydzib (memangkas yang kelebihan),

Taujih (pengarahan),

Daf’ (mendorong, memotivasi),

Taqwiyah (penguatan), dan

Tatsbit (peneguhan).

Semoga perenungan ini ada manfaatnya fid-din wad-dun-ya wal akhirah.

Oleh Ustadz Musyafa Ahmad Rahim 
Jama’ah ideal yang pernah ada secara nyata di suatu fase sejarah ini:

1. Tidak tumbuh dengan tiba-tiba;

2. Tidak ada secara kebetulan;

3. Tidak diciptakan dalam sehari semalam. Begitu pula

4. Tidak muncul dari hasil sebuah anugerah yang mengubah watak segala sesuatu dalam sekejap atau sekilas.

Namun, ia…

Tumbuh secara alami, dan Pelan-pelan, sebagaimana pohon yang menjulang dan menghunjam akarnya itu tumbuh.

Perkembangannya memakan waktu yang lazim, sebagaimana ia
Memerlukan al-juhd (jerih payah) yang:

Al-Maushul (kontinyu),

Ats-Tsabit (Tetap), dan

Al-Muththarid (Konstan)

demi perkembangan ini.Ia memerlukan:

Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),

Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan

Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:

Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),

Tasydzib (memangkas yang kelebihan),

Taujih (pengarahan),

Daf’ (mendorong, memotivasi),

Taqwiyah (penguatan), dan

Tatsbit (peneguhan).

Ia memerlukan:

Tajarib waqi’iyyah marirah (pengalaman-pengalaman riil yang pahit), dan

Ibtila-at syaqqah mudhonniyah (ujian-ujian yang berat dan meletihkan); yang tetap disertai pengarahan untuk mengambil pelajaran dari berbagai pengalaman dan ujian ini.

Di dalam semua usaha di atas termanifestasi ri’ayah ilahiyah (maintenance ilahi) terhadap jama’ah pilihan – atas dasar pengetahuan – untuk memikul amanah terbesar ini dan merealisasikan kehendak Allah di muka bumi.

Padahal, pada jama’ah ini terdapat:

Al-Fadha-il al-kaminah (berbagai keutamaan), dan

Alisti’dadat al-maknunah (potensi-potensi yang tersimpan) di dalam generasi tersebut.

Di samping terdapat al-ahwal al-muhayya-ah (berbagai situasi dan kondisi yang disiapkan untuknya).

Dengan ini semua, cahaya yang mengagumkan itu memancar dalam sejarah manusia; dan terealisir-lah hakikat yang tampak dari jauh seolah-olah mimpi yang mengepak-ngepak di dalam hati, atau mimpi-mimpi yang melayang-layang di dalam imajinasi!

(Sayyid Qutb, Fi Zhilal Al-Qur’an, jilid VI hal. 3337)

…….

Dalam kalimat di atas, Sayyid Qutb –rahimahullah- menjelaskan bagaimana jama’ah Sahabat Nabi Muhammad SAW terjadi pada waktu itu.

Ada empat bagian yang disorot oleh Sayyid Qutb –rahimahullah.

Pertama: Jerih payah dan usaha nabi Muhammad SAW sebagai murabbi yang dikerahkan dalam mentarbiyah mereka.

Kedua: Aspek ri’ayah ilahiyah.

Ketiga: Potensi para sahabat nabi itu sendiri.

Keempat: Situasi dan Kondisi.
Artinya, terjadinya jama’ah sahabat nabi Muhammad SAW (jama’ah yang menakjubkan dalam sejarah umat manusia) terjadi karena:

Pertama: Ada faktor ri’ayah ilahiyah (maintenance ilahi).

Kedua: Potensi dan fadhail sahabat yang luar biasa.

Ketiga: Situasi dan kondisi yang telah disiapkan sedemikian rupa oleh Allah SWT.

Keempat: Sosok sang murabbi, yaitu Rasulullah SAW.
Meskipun demikian lengkap dan dahsyat faktor yang melingkupi terbentuk dan terlahirkannya jama’ah sahabat, namun, tetap saja, mereka memerlukan tarbiyah yang:

Tumbuh secara alami, dan
Pelan-pelan, sebagaimana pohon yang menjulang dan menghunjam akarnya itu tumbuh.

Perkembangannya memakan waktu yang lazim, sebagaimana ia
Memerlukan al-juhd (jerih payah) yang:

Al-Maushul (kontinyu),

Ats-Tsabit (Tetap), dan

Al-Muththarid (Konstan) demi perkembangan ini.
Ia memerlukan:

Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),

Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan

Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:

Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),

Tasydzib (memangkas yang kelebihan),

Taujih (pengarahan),

Daf’ (mendorong, memotivasi),

Taqwiyah (penguatan), dan

Tatsbit (peneguhan).

Ia memerlukan:

Tajarib waqi’iyyah marirah (pengalaman-pengalaman riil yang pahit), dan Ibtila-at syaqqah mudhonniyah (ujian-ujian yang berat dan meletihkan); yang tetap disertai pengarahan untuk mengambil pelajaran dari berbagai pengalaman dan ujian ini.

Lalu bagaimana dengan keinginan kita untuk memunculkan generasi baru yang akan memikul amanah da’wah ini?

Tentu, berbagai hal yang diperlukan lebih besar dan lebih hebat lagi, dan yang terpenting:

Perjalanan da’wah dan tarbiyah kita masih panjang, karenanya:
Jangan terburu-buru, serta, jangan lupa, sekali lagi, pada:

Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),

Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan

Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:

Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),

Tasydzib (memangkas yang kelebihan),

Taujih (pengarahan),

Daf’ (mendorong, memotivasi),

Taqwiyah (penguatan), dan

Tatsbit (peneguhan).

Semoga perenungan ini ada manfaatnya fid-din wad-dun-ya wal akhirah.

Oleh Ustadz Musyafa Ahmad Rahim

No comments:

Post a Comment

Flower 53