Sunday, April 22, 2012

Kata Kata Hikmah

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBjQj5jixGX85sEkAxFZO6SqyubzRieLqE8AKRRxZIcFEDtqe6qd9ZQ-nKtAdLTORmebxC_IEkwkmun0FuE5LDMHqFB3K85UNaponKcQVzxpgzmVqH2AAew67CUde07g_cFPVQpj13bHM/s1600/mutiara.jpg


Hisablah dirimu sebelum dihisab, Sesungguhnya berintropeksi bagi kalian pada hari ini lebih ringan daripada hisab di kemudian hari. Begitu juga dengan hari 'aradl (penampakan amal) yang agung.
(Umar bin Khatab)

Manusia yang berakal ialah manusia yang suka menerima dan meminta nasihat.
(Umar bin Khatab)
Barangsiapa yang jernih hatinya, akan diperbaiki Allah pula pada yang nyata di wajahnya.
(Umar bin Khatab)
Barangsiapa menempatkan dirinya di tempat yang dapat menimbulkan persangkaan, maka janganlah menyesal kalau orang menyangka buruk kepadanya.
(Umar bin Khattab)
Kebajikan yang ringan adalah menunjukkan muka berseri-seri dan mengucapkan kata-kata lemah-lembut.
(Umar bin Khattab)
Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.
(Umar bin Khatab)
Didiklah anak-anakmu itu berlainan dengan keadaan kamu sekarang kerana mereka telah dijadikan Tuhan untuk zaman yang bukan zaman engkau.
(Umar bin Khattab)
Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar.
(Umar bin Khatab)

Aku khawatir terhadap suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan. keyakinan hanya tinggal pemikiran, yang tak berbekas dalam perbuatn. Banyak orang baik tapi tak berakal, ada orang berakal tapi tak beriman. Ada lidah fasih tapi berhati lalai, ada yang khusyu namun sibuk ddalam kesendirian. Ada yang murah senyum tapi hatinya cemberut. Ada yang berlisan bijak tapi tidak memberi teladan & ada pezina yang tampil jadi figur.Ada orang punya ilmu tapi tidak paham, ada yang paham tapi tak menjalankan.Lalu diantara semua itu di mana kita berada?
(Ali bin Abi Thalib)

Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi kekasihmu.
(Ali bin Abi Thalib)

Mereka yang mencari kesalahanan dirinya sendiri akan selamat daripada mencari kesalahan orang lain.
(Ali bin Abi Thalib)

Sabar ada dua, yaitu: sabar terhadap apa yang engkau benci, dan sabar terhadap apa yang engkau sukai. (Ali bin Abi Thalib)

Sampingkan kebanggaanmu, Redakan kesombonganmu, dan Ingatlah kuburanmu.
(Ali bin Abi Thalib)

Orang yang tidak menguasai matanya, hatinya tidak ada harganya
(Ali bin Abi Thalib)
Tenangkanlah hati dalam waktu-waktu tertentu, kerana jika hati itu merasa letih ia akan menjadi buta. 
(Ali bin Abi Thalib)
Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan.
(Ali bin Abi Thalib)
Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya, ketulusannya sesuai dengan kadar kemanusiaannya, keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap perbuatan jahat dan kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaannya terhadap kehormatan dirinya.
(Ali bin Abi Thalib)
 
Orang yang terlalu memikirkan akibat dari sesuatu keputusan atau tindakan, sampai bila-bilapun dia tidak akan menjadi orang yang berani.
(Ali bin Abi Thalib)
Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal, kepercayaan, cinta, dan rasa hormat.
(Ali bin Abi Thalib)
Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak.
(Ali bin Abi Thalib)
Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak mau mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari.
(Ali bin Abi Thalib)

Orang yang riya memiliki beberapa ciri: Malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.
(Ali bin Abi Thalib)

Jika tidak ada lima sifat tercela ini, niscaya manusia seluruhnya akan menjadi shalih. Kelima sifat tercela tersebut adalah: pertama, merasa senang dengan kebodohan; kedua, rakus terhadap harta dan kemewahan dunia; ketiga, bakhil dengan kelebihan harta yang dimiliki; keempat, riya dalam setiap amal yang dilakukan; dan kelima, senantiasa membanggakan pendapat sendiri.
(Ali bin Abi Thalib)
Perkataan sahabat yg jujur lebih besar harganya daripada harta benda yg diwarisi darinenek moyang.
(Ali bin Abi Thalib)
Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak boleh mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari
(Ali bin Abi Thalib)
Orang berilmu dan beradab tidak akan tinggal di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang.
(Imam Syafi'i)

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang.
(Imam Syafi'i)

Singga kalau tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tak tinggalkan busur tak akan kena sasaran.
(Imam Syafi'i)

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan kepadanya dan enggan memandang.
(Imam Syafi'i)

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tidak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.
(Imam Syafi'i)

Yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini adalah ''Kematian'', karena kita tidak pernah tau kapan ajal datang menjemput dan setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.
Yang paling jauh dengan diri kita di dunia ini adalah ''Masa Lalu'', karena apapun usaha yang kita tempuh, apapun kendaraan yang akan kita gunakan, tetap tidak dapat mengantarkan kita kembali ke masa lalu.
Yang paling besar di dunia ini adalah ''Hawa Nafsu'', berhati-hatilah dengannya.
Yang paling berat di dunia ini adalah ''Memegang Amanah''.
(Imam Ghozali)

Seorang mukmin itu pemimpin bagi dirinya sendiri. Ia mengintrospeksi dirinya karena Allah. Sesungguhnya hisab pada hari kiamat nanti akan ringan bagi mereka yang telah mengadakannya di dunia.Dan sebaliknya hisab akan berat bagi kaum yang menempuh urusan ini tanpa pernah berintrospeksi. Dia tidak merasa aman sampai berjumpa dengan Allah. Dia tahu bahwa pendengaran, penglihatan, lisan, dan anggota badan, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.
(Imam Hasan Al Bashri)

Diantara tanda berpalingnya Allah Subhanahu Wata'ala dari seorang hamba adalah Allah menjadikan kesibukannya pada hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.
(Imam Hasan Al Bashri)

Wahai anak Adam, (masa) siangmu adalah tamumu, maka berbuat baiklah terhadapnya. Karena sungguh, jika engkau berbuat baik kepadanya, niscaya dia akan pergi dengan memujimu. Dan apabila engkau berbuat buruk terhadapnya maka dia akan pergi dengan mencercamu, begitu pula dengan malammu.
(Imam Hasan Al Bashri)

Waspadalah kamu dari menunda pekerjaan, karena kamu berada pada hari ini bukan pada hari esok. Kalaulah esok hari menjadi milikmu, maka jadilah kamu seperti pada hari ini. Kalau esok tidak menjadi milikmu, niscaya kamu tidak akan menyesali apa yang telah berlalu dari harimu.
(Imam Hasan Al Bashri)

Wahai anak Adam, injaklah bumi ini dengan kakimu. Sungguh, sekecil apapun dia, pasti bakal menguburmu. Sesungguhnya engkau itu senantiasa sedang mengurangi usiamu, semenjak engkau dilahirkan dari perut ibumu.
(Imam Hasan Al Bashri)

Wahai anak Adam, engkau dapati pagimu berada di antara dua waktu, yang keduanya tak mungkin meninggalkanmu, yakni bahayanya malam dan bahayanya siang. Sampai engkau mendatangi negeri akhirat, yang bisa jadi engkau datang ke al-jannah (surga) dan bisa jadi engkau ke an-nar (neraka). Maka siapakah yang lebih besar bahayanya daripada dirimu sendiri?
(Imam Hasan Al Bashri)

Wahai anak Adam, engkau hanyalah (laksana) hari-hari yang setiap kali berlalu satu hari maka hilanglah pula sebagian dari dirimu.
(Imam Hasan Al Bashri)

Sesungguhnya seorang mukmin adalah penanggung jawab atas dirinya, (karenanya hendaknya ia senantiasa) mengintrospeksi diri karena Allah semata.
(Imam Hasan Al Bashri)

Adalah hisab (perhitungan amal) di Yaumul Qiyamah nanti akan terasa lebih ringan bagi suatu kaum yang (terbiasa) mengintrospeksi diri mereka selama masih di dunia, dan sungguh hisab tersebut akan menjadi perkara yang sangat memberatkan bagi kaum yang menjadikan masalah ini sebagai sesuatu yang tidak diperhitungkan.
(Imam Hasan Al Bashri)

Sesungguhnya seorang mukmin (apabila) dikejutkan oleh sesuatu yang dikaguminya maka dia pun berbisik: ‘Demi Allah, sungguh aku benar-benar sangat menginginkanmu, dan sungguh kamulah yang sangat aku butuhkan. Akan tetapi demi Allah, tiada (alasan syar’i) yang dapat menyampaikanku kepadamu, maka menjauhlah dariku sejauh-jauhnya. Ada yang menghalangi antara aku denganmu’.
(Imam Hasan Al Bashri)

Dan (jika) tanpa sengaja dia melakukan sesuatu yang melampaui batas, segera dia kembalikan pada dirinya sendiri sembari berucap: ‘Apa yang aku maukan dengan ini semua, ada apa denganku dan dengan ini? Demi Allah, tidak ada udzur (alasan) bagiku untuk melakukannya, dan demi Allah aku tidak akan mengulangi lagi selama-lamanya, insya Allah’.
(Imam Hasan Al Bashri)

Sesungguhnya seorang mukmin adalah suatu kaum yang berpegang erat kepada Al Qur`an dan memaksa amalan-amalannya agar sesuai dengan Al Qur`an serta berpaling dari (hal-hal) yang dapat membinasakan diri mereka.
(Imam Hasan Al Bashri)

Sesungguhnya seorang mukmin di dunia ini bagaikan tawanan yang (selalu) berusaha untuk terlepas dari perbudakan. Dia tidak pernah merasa aman dari sesuatupun hingga dia menghadap Allah, karena dia mengetahui bahwa dirinya akan dimintai pertanggungjawaban atas semua itu.”
“Seorang hamba akan senantiasa dalam kebaikan selama dia memiliki penasehat dari dalam dirinya sendiri. Dan mengintrospeksi diri merupakan perkara yang paling diutamakan.
(Imam Hasan Al Bashri)

Allah merahmati seseorang yang berfikir pada awal perencanaannya, apabila (rencananya itu) karena Allah ia lanjutkan, dan apabila karena selainnya ia tinggalkan.
(Imam Hasan Al Bashri)

Ketahuilah wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah Swt. Menjadikan seorang pemimpin yang adil itu sebagai penolong bagi setiap yang dianiaya, reformis bagi setiap kerusakkan, kekuatan bagi si Lemah, pembela bagi setiap yang dizhalimi, penghibur bagi yang berduka.
(Imam Hasan Al Bashri)

Imam yang adil itu wahai Amirul Mukminin seperti seorang penggembala unta yang penuh belas kasihan pada para gembalaannya Dia memilihkan padang rumput yang terbaik untuk gembalaannya. Dia melindunginya dari segala mara bahaya yang dapat membinasakannya. Dia menjaganya dari binatang buas dan dari segala penyakit diwaktu dingin dan panas.
(Imam Hasan Al Bashri)

Imam yang adil itu wahai Amirul Mukminin seperti seorang ayah yang menyayangi anaknya. Dia memeliharanya di waktu kecil dan mengajarinya ketika dewasa. Dia memberikan nafkah mereka semasa hidupnya dan memberikan warisan harta ketika dia meninggal dunia.
(Imam Hasan Al Bashri)

Imam yang adil itu wahai Amirul Mukminin seperti seorang ibu yang penuh belas kasihan terhadap anaknya dengan mengandungnya dan dibawa kemana saja ia pergi dengan susah payah Ia menyayangi anaknya ketika kecil, bangun/terjaga ketika anaknya bangun, dan diam/tenang ketika anaknya berada disisinya Menyusuinya sampai batas menyapih. Gembira ketika anaknya sehat. Sedih, ketika anaknya sakit.

(Imam Hasan Al Bashri)

Imam yang adil itu wahai Amirul Mukminin, kedudukannya seperti hati diantara anggota tubuh lainnya, jika hatinya bersih maka perbuatannya akan baik begitu juga jika hatinya kotor maka amal perbuatannya jelek dan buruk.
(Imam Hasan Al Bashri)

Imam yang adil itu wahai Amirul Mukminin, yang berdiri tegak antara Allah dan hamba-hamba-Nya. Dia mendengar kalam Allah dan mendengarkan ucapan mereka. Dia memandang Allah dan memperhatikan mereka. Dia patuh dan taat kepada Allah dan ditaati kepemimpinannya oleh mereka. Oleh karena itu wahai Amirul Mukminin janganlah engkau celakakan dirimu sendiri dengan mengkhianati amanah ini seperti seorang hamba sahaya yang diberikan amanah untuk menjaga dan melindungi harta dan keluarganya, tetapi dia berkhianat dan membuat semuanya berantakan sehingga dia akhirnya membuat sengsara diri dan keluarganya sendiri.
(Imam Hasan Al Bashri)

Ketahuilah wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah menurunkan hukum-hukumnya agar dapat mencegah manusia dari semua perbuatan keji, maka janganlah perbuatan itu datang darimu! Dan Allah menurunkan hukum qishash agar dapat menjaga kelanggengan kehidupan manusia di muka bumi, janganlah engkau membunuh orang yang tidak berdosa dan lemah!
(Imam Hasan Al Bashri

Jika pintu kebaikan dibukakan untuk Anda, maka bergegaslah menuju ke sana. Karena Anda tidak tahu kapan pintu itu akan ditutup.
(Khalid bin Ma’dan)

Perhatikanlah diri Anda dalam tiga keadaan. (1) Jika Anda beramal, maka ingatlah pandangan Allah kepadamu, (2) jika Anda berbicara, maka perhatikanlah pendengaran Allah atas ucapanmu dan (3) jika Anda diam, maka perhatikanlah pengetahuan Allah tentang dirimu.
(Hatim al-Asham)

Obat hati ada lima : (1) Membaca al-Qur’an dengan disertai tadabbur (merenungkan maknanya), (2) mengosongkan perut (berpuasa), (3) shalat malam, (4) Berdoa dan memohon ampunan di penghujung malam dan (5) bermajelis bersama orang-orang shalih.
(Ibrahim al-Khawwash)

Orang yang berbicara berbeda dengan orang yang bekerja. Orang yang bekerja berbeda dengan orang yang berjihad. Orang yang berjihad saja berbeda dengan orang yang berjihad produktif. Itulah aktivitas yang akan menghasilkan keuntungan besar dengan sedikit pengorbanan.
(Imam Hasan Al-Banna)

Pemisahan agama dari politik itu bukan ajaran islam. Pemisahan itu tidak pernah dikenal oleh kaum muslimin yang jujur dalam beragama dan paham akan ruh ajarannya.
(Imam Hasan Al-Banna)

Sistem Pendidikan harus dibangun diatas kerangka kuat yang memungkinkan generasi muda memiliki imunitas keislaman, kesempurnaan akhlak, pengetahuan memadai tentang ajaran agama mereka, dan kebanggaan terhadap kejayaan peradabannya yang agung.
(Imam Hasan Al-Banna)

Kekuatan jiwa itu terekspresikan dalam tekad membaja yang tak pernah melemah, kesetiaan teguh yang tidak tersusupi penghianatan, pengorbanan yang tidak terbatasi oleh keserakahan dan kekikiran, pengetahuan dan keyakinan, serta penghormatan yang tinggi terhadap ideologi yang diperjuangkan.
(Imam Hasan Al-Banna)

Pejuang Muslim adalah seorang guru, mestinya memiliki semua sifat yang ada pada seorang guru yaitu cahaya, hidayah, rahmat dan kelemahlembutan.
(Imam Hasan Al-Banna)

Iman tidak akan punya arti apabila tidak disertai dengan amal. Aqidah tidak akan memberi manfaat bila tidak mendorong penganutnya untuk berbuat dan berkorban demi mewujudkannya menjadi kenyataan."
(Imam Hasan Al-Banna)

Saya dapat menggambarkan sosok mujahid adalah seorang yang dalam kondisi mempersiapkan dan membekali diri, berpikir tentang keberadaannya pada segenap dinding hatinya. la selalu dalam keadaan berpikir. Waspada di atas kaki yang selalu dalam kondisi siap. Bila diseru ia menyambut seruan itu.Waktu pagi dan petangnya, bicaranya, keseriusannya, dan permainannya, tidak melanggar arena yang ia persiapkan diri untuknya. Tidak melakukan kecuali misinya yang memang telah meletakkan hidup dan kehendaknya di atas misinya. Berjihad di jalannya. Anda dapat membaca hal tersebut pada raut wajahnya. Anda dapat melihatnya pada bola matanya. Anda dapat mendengarnya dari ucapan lidahnya yang menunjukkanmu terhadap sesuatu yang bergolak dalam hatinya, suasana tekad, semangat besar serta tujuan jangka panjang yang telah memuncak dalam jiwanya. Jiwa yang jauh dari unsur menarik keuntungan ringan di balik perjuangan. Adapun seorang mujahid yang tidur sepenuh kelopak matanya, makan seluas mulutnya, tertawa selebar bibirnya, dan menggunakan waktunya untuk bermain dan kesia-siaan, mustahil ia termasuk orang-orang yang menang, dan mustahil tercatat dalam jumlah para mujahidin.
(Imam Hasan al-Banna)

Bangunlah segera untuk melakukan sholat apabila mendengara adzan walau bagaimanapun keadaannya.
Baca, Telaah dan dengarkan Al-Quran atau dzikirlah kepada Allah dan janganlah engkau menghambur-hamburkan waktumu dalam masalah yang tidak ada manfaatnya.
(Imam Hasan al-Banna)

Bersungguh-sungguhlah untuk bisa berbicara dalam bahasa Arab dengan fasih.
(Imam Hasan al-Banna)

Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang pembicaraan sebab hal ini semata-mata tidak akan mendatangkan kebaikan.
(Imam Hasan al-Banna)

Jangan banyak tertawa sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (dzikir) adalah tenang dan tentram.
(Imam Hasan al-Banna)

Jangan bergurau karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh-sungguh terus-menerus.
(Imam Hasan al-Banna)

Jangan mengeraskan suara di atas suara yang diperlukan pendengar, karena hal ini akan mengganggu dan menyakiti.
(Imam Hasan al-Banna)

Jauhilah dari membicarakan kejelekan orang lain atau melukainya dalam bentuk apapun dan jangan berbicara kecuali yang baik.
(Imam Hasan al-Banna)

Berta’aruflah dengan saudaramu yang kalian temui walaupun dia tidak meminta, sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan ta’awun (kerja sama).
(Imam Hasan al-Banna)

Pekerjaan rumah kita sebenarnya lebih bertumpuk dari pada waktu yang tersedia, maka manfaatkanlah waktu dan apabila kalian mempunyai sesuatu keperluan maka sederhanakanlah dan percepatlah untuk diselesaikan.
(Imam Hasan al-Banna)


Dari seluruh manusia yang ada, hanya sedikit yang muslim. Dari seluruh muslim yang ada, hanya sedikit yang sadar. Dari sedikit yang sadar itu, lebih sedikit lagi yang berdakwah. Dari jumlah yang sedikit dalam berdakwah, lebih sedikit lagi yang berjuang. Dari sedikit yang berjuang, hanya sedikit yang sabar. Begitu pula dari mereka yang sedikit dalam bersabar itu, lebih sedikit lagi yang sampai pada akhir perjuangan.
(Imam Hasan al-Banna)

Saya dapat menggambarkan sosok mujahid adalah seorang yang dalam kondisi mempersiapkan dan membekali diri, berpikir tentang keberadaannya pada segenap dinding hatinya. la selalu dalam keadaan berpikir. Waspada di atas kaki yang selalu dalam kondisi siap. Bila diseru ia menyambut seruan itu.Waktu pagi dan petangnya, bicaranya, keseriusannya, dan permainannya, tidak melanggar arena yang ia persiapkan diri untuknya. Tidak melakukan kecuali misinya yang memang telah meletakkan hidup dan kehendaknya di atas misinya. Berjihad di jalannya. Anda dapat membaca hal tersebut pada raut wajahnya. Anda dapat melihatnya pada bola matanya. Anda dapat mendengarnya dari ucapan lidahnya yang menunjukkanmu terhadap sesuatu yang bergolak dalam hatinya, suasana tekad, semangat besar serta tujuan jangka panjang yang telah memuncak dalam jiwanya. Jiwa yang jauh dari unsur menarik keuntungan ringan di balik perjuangan. Adapun seorang mujahid yang tidur sepenuh kelopak matanya, makan seluas mulutnya, tertawa selebar bibirnya, dan menggunakan waktunya untuk bermain dan kesia-siaan, mustahil ia termasuk orang-orang yang menang, dan mustahil tercatat dalam jumlah para mujahidin. 
(Imam Hasan al-Banna) 

Baiknya batin sebenarnya akan menampakkan baiknya lahiriyah walaupun seseorang tidak memiliki rupa yang elok. Sebenarnya, seseorang akan semakin elok karena semakin baiknya batin yang ia miliki. Seorang mukmin akan mendapatkan keelokan tersebut tergantung pada kadar imannya. Jika yang lain melihatnya, maka pasti akan menaruh perhatian padanya. Dan siapa saja yang berinteraksi dengannya, pasti akan mencintainya dikarena keelokan yang tampak ketika memandangnya. Maka boleh jadi engkau melihat orang yang sholeh dan sering berbuat baik serta memiliki akhlak yang mulai, engkau lihat kelakuannya sungguh amat baik, padahal boleh jadi wajahnya itu hitam dan kurang menarik. Lebih-lebih jika Allah memberinya karunia (dengan wajah yang cerah) karena dia giat shalat malam. Sungguh shalat malam itu akan membuat wajah semakin cerah dan indah kala dipandang.
(Ibnu Qayim)

Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk.
(Imam An Nawawi) 







=

No comments:

Post a Comment

Flower 53