Friday, April 27, 2012

Rukun Ke 6 ARKANUL BAI’AT,(At-Tha’ah )

Taat (At-Tha’ah )

Imam Asy-Syahid mengatakan:
Ath-Tha'ah:adalah melaksanakan perintah dan merealisir dengan serta merta,baik dalam keadaan sulit maupun mudah,saat bersemangat maupun malas.


Ketaatan yang dimaksudkan di sini adalah ketaatan di dalam menaati Allah dan Rasul-Nya dan waliyul amr  dan melaksanakannya dalam berbagai kondisi baik dalam keadaan susah atau mudah,saat bersemangat maupun malas,senang maupun benci.

Semangat yang menggebu, pengorbanan yang banyak tidak boleh salah arah. Karena kerja dilakukan secara kolektif, dalam organisasi, ada kerangka strategi yang perlu diperhatikan. Taat adalah mentaati strategi yang telah ditetapkan. Ketaatan ini dipagari oleh batas-batas perkara yang duduk di bawah ketaatan kepada Allah dan Rasul.


Tahapan dakwah ada tiga macam:
1.Ta,rif ( pengenalan )

Dalam tahapan ini dakwah dilakukan dengan menyebarkan fikrah Islam di tengah masyarakat.Atau disebut juga marhalah propaganda,memperkenalkan,menggambarkan fikrah dan menyampaikan kepada orang ramai disetiap lapisan masyarakat. Sistem dakwah untuk tahapan ini adalah sistem kelembagaan. Urgensinya adalah kerja sosial bagi kepentingan umum, sedangkan medianya adalah nasehat dan bimbingan sekali waktu, serta membangun berbagai tempat yang berguna di waktu yang lain, juga berbagai media aktivitas lainnya.

2.Takwin (pembentukan )

Dalam tahapan ini dakwah ditegakkan dengan melakukan seleksi terhadap unsur2 yang layak untuk mengemban tugas2 jihad dan untuk menghimpun bagian yang ada atau disebut juga sebagai tahapan pembentukan yaitu memilih para pendukung, menyiapkan angkatan tentera, pendakwah dan jihad serta mendidik mereka. Mereka dipilih dari golongan yang telah menyambut seruan dakwah.
Sistem dakwah pada tahapan ini bersifat murni dalam tataran ruhani dan  kemiliteran total dalam aspek operasional.
Slogan kedua aspek ini “Sam'an wa tha'atan"(kami mendengar perintah dan kami taat )dengan tanpa keraguan,penolakan,kebimbangan,dan rasa kesal.
Dakwah ini bersifat khusus,tdk ada yg berintraksi dgnnya kecuali orang2 yg memiliki kesiapan  utk memikul beban jihad yg panjang masanya dan banyak tantangannya.(ketaatan yg sempurna)

3.Tanfidz (pelaksanaan )

Dakwah dalam tahapan ini adalah jihad tanpa kenal sikap plin-plan, kerja terus menerus untuk menggapai tujuan akhir, dan kesiapan menanggung cobaan dan ujian yang tidak mungkin bersabar atasnya kecuali orang-orang yang tulus.
Tahapan ini amerupakan tahapan pelaksanaan, beramal, berusaha untuk mencapai tujuan.
ketiga tahapan ini berjalan berseiring dan diselaraskan bahwa kesatuan dan kekuatan dakwah adalah bergantung kepada penggabungan di antara satu dengan seluruhnya. Oleh itu para pendukung dakwah di dalam berdakwah, mestilah memilih dan membentuk dan di waktu yang sama dia beramal dan melaksanakan apa yang boleh dilaksanakan.
Jika kepahaman kita sudah cukup maka ketaatan itu akan timbul dengan sendirinya pada diri kita. Jadi semuanya bisa berjalan dgn baik.
“Sam'an wa tha'atan" sangat penting bagi setiap umat,sebagaimana pentingnya tulang punggung bagi manusia.Sebab tidak mungkin umat menghalau musuh dan mendapatkan kemenangan,kecuali bila dua siakap tersebut menjadi akhlak dasar setiap anggota umat.Umat yg solid,kuat,dan teguh adalah umat yg memiliki keputusan yang didukung oleh setiap anggotanya yang mendengar serta taat.

Islam adalah syariat Dzat Yang Maha Mengetahui dan Maha Teliti.Karena itu tidak heran kalau ia menyatakan,bahwa sikap mendengar dan taat merupakan suatu keharusan dan keniscayaan.

Allah SWT berfirman :
“ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-nya dan ulil amri diantara kamu…( QS. An-Nisaa : 59 ).

Allah mengaitkan ketaatan dgn hakikat keimanan dlm dua sisinya,yaitu keimanan kpd Allah dan keimanan kpd hari akhir.
Allah berfirman,:
"...Jika kamu benara2 beriman pada Allah dan hari kemudian."
(QS.An-Nisaa,4:59)

Tidak pernah terjadi,seseorang atau jamaah yg mengabaikan ketaatan dalam suatu perintah, lantas ia menuai sukses dan kebaikan.
Contoh seperti perang uhud yang belum terlupakan oleh kita, bagaimana Rasulullah memerintahkan para pemanah tidak meninggalkan posisi mereka meski mereka di sambar oleh burung2.Tetapi karena mereka mengetahui angin kemenangan berpihak pda kaum muslim.mereka menyangka bahwa peperangan telah usai,mereka melanggatr perintah Rasullah,maka roda peperangan berbalik,kaum muslimin mendapat penderitaan juga banyak yang sahid.Juga perhartikan pula 2jt pasukan Italia dalam perang dunia ke-2 yg di lengkapi dengan perbekalan melebihi perbekalan musuhnya, mereka mengabaikan intrupsi untuk bergerak akhirnya mereka dapat dikalahkan dan menyerah kepada musuh.

Tak kalah penting AlQuran pun memberikan pelajaran yg berharga yaitu seorang nabi yg mulia selalu melatih dan membiasakan prajuritnya untuk taat Allah bersama porajurit yang memiliki tradisi" mendengar dan taat"
Allah memberikan kehidupan yang mulia pada mereka dalam AlQuran (Qs Albaqarah:249).

Setiap hal yg disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya,juga yg ditetapkan oleh ulil amri,dgn syarat mereka melaksanakan serta memperhatikan perintah2 dan larangan2 Allah,juga menjalankan kepemimpinan terhadap rakyat sejalan degan syariat Allah.Semua adalah hal yg ma'ruf,yang ketaatan saat itu diwajibkan.

Kapasitas seorang pemimpin dalam Islam yang wajib ditaati adalah:

-Keimanan yang kuat
-Takwa kepada Allah swt
-Pengetahuan dan kekuatan
-Amanah dan ikhlas
-Tidak kasar,bengis, dan keras hati

Batas2 ketaatan adalah:
-Selama ia menjalankan syariat Allah sebagaimana diperintahkan oleh-Nya
-Melakukan dakwah secara berkesinambungan,sehingga tiada seorang pun dimuka bumi ini,melainkan telah mendengar kalimat Allah
-Memperlakukan umatnya sejalan dengan amanah yg diembannya.
Jamaah yg akan melaksanakan tugas besar tidak mungkin dapat melaksanakannya bila kepemimpinannya tidak mendapat hak untuk ditaati oleh orang2 yg berafiliasi kpd jamah,dalam hal yg tidak mengandung unsur kemaksiatan.
Agar ketiga tahapan ini sukses maka bentuk2 kegiatan yg harus dilakukan adalah:

Bentuk pertama
Seluruh unsur jamaah berkonsentrasi melakukan kegiatan ta’rif melalui ceramah-
ceramah halaqah, penyebaran buku dan penjelasan. Pada bentuk ini menuntut adanya
kepemimpinan yang kapabel dalam menata kegiatan ta’rif secara utuh dan
mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk tahapan berikutnya.

Bentuk kedua
Seluruh unsur jamaah di saat yang sama berkonsentrasi melakukan ta’rif dengan
sarana-sarananya, takwin dengan sarana-sarananya, dan tanfidz dengan sarana-
sarananya Pemimpin harus pandai meletakkan persoalan pada tempatnya.

Bentuk ketiga
Seluruh unsur jamaah secara serentak bergerak di tahapan ta’rif, lalu berpindah secara
serentak untuk melakukan takwin terhadap unsur-unsur yang dihasilkan dari tahapan
sebelumnya, lalu bergerak secara serentak pula menuju tanfidz

Bentuk keempat
Jamaah hanya memusatkan kegiatan pada ta’rif dan takwin pada saat yang bersamaan.
Pemimpin mempersiapkan langkah tanfidz dan kajian berbagai kemungkinan.

Bentuk kelima
Ta’rif, takwin, tanfidz dilakukan dalam waktu yang bersamaan dan diawasi oleh suatu
unit tersendiri. Bentuk ini menuntut setiap personil memiliki kemampuan melakukan
ta’rif, takwin, dan tanfidz.

Penjelasan Tambahan

Pertama:

Yang dimaksud dengan ta’rif adalah memperkenalkan islam secara umum kepada orang
baik secara ilmiah maupun praktis. Adapun yang dimaksud dengan takwin adalah
mentarbiyah orang dengan standar keanggotaan dalam jamaah untuk memainkan
perannya yang optimal bagi pelayanan islam. 
Tanfidz yang tidak tegak di atas pondasi ta’rif dan takwin, akan berakhir dengan kegagalan oleh sebab-sebab berikut :

1.  Perangkat tanfidz akan termasuk unsur yang sebenarnya tidak layak diberi
kepercayaan
2.  Pelaksanaan tanfidz masa sekarang memerlukan kecerdasan dan ketrampilan yang
tinggi
3.  Perangkat ta’rif dan takwinlah yang dapat senantiasa mensuplai sumber daya
manusia untuk menunaikan tugas-tugas tanfidz
4.  Perangkat tanfidz jika tidak dapat menggerakkan sekelompok umat melalui
perangkat ta’rif dan takwin akan gagal belaka
5.  Perangkat ta’rif dan takwinlah yang dapat mempersembahkan pemecahan masalah
di tubuh umat secara menyeluruh, serentak dan spontan
6.  Perangkat ta’rif dan takwinlah yang mampu melakukan kontak individu dengan
masyarakat

Kedua:

Secara rinci Hasan Al Banna menyebutkan bahwa enam peringkat keanggotaan dapat
diringkas menjadi empat, yakni peringkat para pendukung, mujahidin, para naqib, dan
para naib. Karakter untuk setiap peringkat keanggotaan adalah kadar pengetahuannya.
Kadar pengetahuan minimal bagi seorang muslim adalah memahami hal-hal penting
yang dilakukannya sehari-hari. Setiap muslim harus mempelajari buku yang ringkas
tentang aqidah, fiqih, akhlak, cara membaca Al-quran, tajwid, dan menghafal surat-
surat yang disunnahkan untuk dihafal.


Sumber:Buku Risalah Pergerakan Ikwanul Muslimin

No comments:

Post a Comment

Flower 53