Sunday, June 30, 2013

Sepenggal cerita tentang Nelayan dan BBM yg belum naik


Alhamdulillah tibalah kami ketempat yg sdh lama sekali aku dan keluarga idam2kan...Pantai.
Kesannya sepeti orang norak memang, bahagia dan tak lupa bersyukur paddda Allah karena mengijinkan rihlah ini terwujud...


Anak2 langsung berhamburan menyambut indahnya pantai yang sangat diidam-idamkan,jernih dan masih asli tak tercemar, sambil tak hentinya bersyukur kepada Sang Pencipta...
Pantai yang masih sangat asri dengan panoramanya yg seksi,ya Allah ternyata masih ada pantai yang menonjolkan keasliannya,wisata yang sangat murah walaupun perjalanan yang ditempuh lumayan bikin lelah sedikit,tetapi tak terasa karena keinginan untuk bertemu sang pantai begitu kuat dihati kami.


Malam itu kami habiskan bersama,dgn gemuruh ombak yg menyambut kehadiran kami....angin lumayan cukup kencang,begitu pula ombaknya memukul mukul tetapi tetap ramah menyambut kami.
Malam pun kami lalui dengan rasa gelisah karena ingin cepat pagi,ah anak2 sudah tak tahan ingin bermain lagi dgn nya..


Alhamdulillah ba'da subuh...semua berhamburan menuju pantai yang tak jauh dari penginapan....
Teringat kata anakku...Mushab...."ummi aku suka sekali pantai,bisa tidak kita bawa pulang....kami pun tersenyum mendengarnya...

Tak kalah hebohnya ketika anakku Yusuf ingin tinggal disini dan tak mau pulang kerumah kami...

Bahagia rasanya karena kami bisa menepati janji kami kali ini pd anak2,mereka berenang dan bermain dengan riaknya air dan gelombang ombak yang memukul2 nakal,mereka pun berhamburan ....lucu sepeti bermain kejar2ran...


Selesai si kecil merasa lapar,kupesan 2 mangkuk mie rebus pengganjal lapar karena lelah bermain sambil memandangi suami dan anak2ku menghabiskan waktu bersama ombak pantai ujung genteng...


Terbukalah pintu rumah nelayan disebelah penginapan kami,4 anak dan orangtua mereka sedang menikmati singkong goreng,...nikmat sekali...ingin rasanya kutukar mie dan biskuit ini dengan beberapa potong singkong goreng yang sedang dikerumuni penggemarnya.

Sambil melahap sarapan nya mereka memandangi aku dan anakku yang sedang menyantap mie rebus...Ah ada rasa tak enak memang,ku pikir mungkin mereka sedang menunggu ibu mereka yg sedang memasak nasi,ternyata itu adalah sarapan pagi dan siang bagi mereka...

Keluarlah sang ayah dengan peralatan lengkap memancingnya...suamiku bertanya kepadanya,mengapa tidak ada nelayan yg turun kelaut....ternyata sudah beberapa hari cuaca sedang tidak baik....angin dan ombaknya tak bersahabat katanya ...lalu sang nelayan pun dengan gagahnya mengarungi ombak menuju bibir laut untuk memencing....oh anak-anakku terkagum2 melihatnya,gagah dan berani,...kami pun bermain sambil tak memandangi sang nelayan.


Siang itu tukang sayur memanggil warga yang ada ditepian pantai,keluarlah si ibu dan anak2nya untuk belanja...sekali lagi dada ini berdetak kencang dan ada rasa sakit seperti dipukul menyaksikannya,"bang beli oncom 2ribu rupiah...dan 3 potong kecil oncom diraih si ibu...dan mereka pun masuk kedalam rumah.Ada suara anak kecil yang menangis,aku hanya terpaku mendengarnya.
Ya Allah itu makan siang yang dipersiapkan sang ibu sambil menunggu suaminya kembali dari memancing....tibalah waktu dzuhur sang nelayan pulang dengan tangan kosong,suamiku berharap sekali membelinya...dengan harapan bisa membantunya karena sudah kuceritakan kejadian yg kulihat pada suamiku.


Tak lama kemudian anak2 sang nelayan mengerumuni ibu mereka,yg sedang memarud singkong,dan sekali lagi ingin menangis rasanya melihat mereka... pagi tadi singkong goreng, siang ini karena tak ada hasil yg dibawa sang ayah untuk ditukar dengan beras...mereka makan singkong lagi dan oncom...diam2 kami memandangi mereka bersama anak2 ...kukatakan pada mereka "lihat nak mereka mau makan saja sulit tak ada yg bisa dimakan karena orang tua mereka tak punya uang untuk membelinya...."
Apakah kalian sekarang masih ingin susah makan dan menyisahkankan makanan kalian kalau tdk habis?....serentak mereka pun menggeleng dan kulihat ada air mata yg menetes pada salah satu anakku....


Subhanalah rihlah kali ini membawa ibroh bagi kami dan anak2...dan inilah kurasa momen terbaik mengajarkan untuk banyak bersyukur sambil mengajarkan berbagi...
Ya Allah selama ini kami hanya melihat dan mendengar dari media,berita2 bagaimana kehidupan nelayan sangat sulit...ternyata lebih pedih dari yg kami dengar beritanya
Untuk mendapatkan bahan bakar solar untuk perahu2 mereka ad
a 4 surat yg harus mereka tanda tangani,belum lagi ketika mereka ingin membeli ke pom terdekat sering ditolak dan dikatakan habis sedang untuk pengendara lain ada...

Terkadang aku bingung apa yg menye
bakan perbedaan profesi sebagai nelayan dan profesi lainnya?
Dulu menjadi pelaut adalah kebanggan,sampai ada lagunya....


Nenek moyang ku seorang pelaut,gemar mengarung luas samudera... 

 
Kebanggaan...tapi sekarang sepeti terlupakan keberadaan mereka,yang bisa melaut adalah kapal besar dan kapal pukat dan sudah pasti bukan milik pelaut yang sekarang pun untuk makan saja sulit sekali.
Ketika itu kami berangkat 2 hari sebelum kenaikan BBM...5 pom yg kami temui habis...ya Allah dampaknya sangat mengerikan menurutku,karena mata pencaharian mereka sebagian besar adalah dari berlaut ...lalu dari mana mereka mendapatkan bahan bakar untuk melaut dengan perahu perahu kecil milik mereka dan kenyataan banyak mereka hanya pesuruh bagi pemilik perahu...


Membeli bahan bakar perahu untuk berlayar mereka dapatkan dari berhutang,sekarang dgn BBM naik ...ya Allah benar2 kehidupan yang sangat sulit...dan itu adalah penomena yang terjadi dikehidupan para nelayan,yang terpuruk semakin terpuruk saja...


Objek wisata belum terlihat membantu kehidupan mereka...karena rumah2 mewah yg ada disitu bukan milik penduduk asli tetapi milik orang Jakarta atau orang yg berada diluar daerah itu ...begitulah kata mereka.

Allah seperti mengirimkan kami kesana untuk melihat bagaimana kehidupan para nelayan dan banyak belajar banyak bersyukur pada Allah,Robb yang Maha baik.
 



Penduduknya yang ramah,tetapi kehidupan mereka terbelakang dan seperti tenggelam terhempas ombak tepian pantai Ujung Genteng yang sangat indah.

Ya Allah kerinduan yang amat sangat ketika kami meninggalkanmu pantai Ujung Genteng....
Lambayan tangan dan jalinan tangan kami dengan keluarga sang nelayan seolah menitipkan jeritan mengharap adanya perhatian pada sang pengusa negeri ini ...mereka ingin dianggap keberadaan mereka nyata adanya.
Semoga pemerintah lebih jeli atas kehidupan para nelayan,apalagi kenaikan BBM berdampak sangat hebat bagi kelangsungan hidup mereka.


Padahal pantai ujung genteng sangat berpotensi sekali sebagai objek wisata yang bisa jadi pilihan,apalagi dengan adanya penangkaran penyu...juga keaslian yang masih terjaga....

Pokoknya untuk para sahabat menurut aku sangat rugi kalau tidak berlibur ketempat yang sangat indah ini,walaupun kami belum sempat melihat penyu penyu kecil dilepas kelaut,karena jalan yang kami tempuh agak berat setelah hujan turun sebelumnya.Lain kali kami pasti kembali,karena panoramanya membuat hati kangen.
Coret coret buat puisi sedikit ah


UJUNG GENTENG

Jeritan bukan lagi jeritan tapi ratapan yang tak berujung
Tangisan hanya suara sumbang yang terdengar serak juga lirih,

tak ada linangan air mata yang menggenang seolah
Tertelan oleh suara deburan ombak,juga terhempas angin tepian pantai


Menenggelamkan rasa lapar dan pedih dalam laut yang dalam

Jeritan hati,dan tangisan sudah bukan tren bagi mereka
Karena mereka yakin Allah ada,dan pasti menghitung doa doa yang termunajah
Pengharapan hidup kan berubah,mereka nikmati dengan rasa terhibur dengan indahnya 
kampung halaman mereka,

Laut,Pantai,Pelaut dan BBM...apalah itu,tetapi mereka ada dan nyata 

menjadi satu rantai kehidupan yang tak bisa terlepas,
......................

No comments:

Post a Comment

Flower 53